Rabu, 28 Desember 2016

Kisah Kala Kelana

Dari sekian banyak drama yang saya hadapi saat dalam perjalanan, kali ini saya ingin berbagi kisah saat saya mudik beberapa waktu lalu.

Cerita berawal dari sebuah perjalanan darat dari suatu kota menuju kota kecil tempat saya dilahirkan. Pada saat itu kisaran pukul 21.30 malam. Papa saya yang sudah menyetir dari arah sebaliknya untuk menjemput kami anak-anaknya mulai merasa lelah dan mengantuk. Akhirnya kakak ipar saya yang menggantikan beliau menyetir sementara beliau beristirahat. Saat ditanya mengenai arah jalan, papa hanya menjawab singkat, "lurus aja ikutin jalan", mungkin beliau sudah terlalu lelah. Seisi mobil yang memang sama-sama lelah karena aktivitas sejak pagi pun tertidur dengan lelapnya. Hanya kakak ipar dan kakak saya yang sudah minim pengetahuan tentang jalan menuju rumah yang terjaga.

Sekitar pukul 11 malam, terdengar dering hp yang cukup keras yang ternyata mobil satunya sedang menanyakan posisi kami, saat itu seisi mobil terbangun dan mulai sadar kalau ada yang salah. Kami tersesat. Mobil kami berjalan ke arah yang salah, dan sudah cukup jauh. Untuk mempercepat sampai tujuan, papa kembali mengambil alih menyetir mobil. Terjadi pembicaraan panjang mengenai kronologis tersesatnya kami. Ternyata di tengah jalan lurus tersebut ada persimpangan yang mengharuskan mobil kami belok ke kiri, sejatinya setelah belok ke kiri itu kami harus mencari belokan ke kanan. Namun karena hasil 'briefing' di awal tadi jalannya lurus saja, akhirnya kakak saya mengikuti saran tsb. Saya mengambil kesimpulan bahwa tersesatnya kami karena minimnya 'briefing' yang dilakukan sebelum 'serah terima' tugas. Alhasil kami baru tiba di rumah pukul 2 pagi. Dalam kondisi tsb kami menertawakan apa yang terjadi. 

Sepanjang jalan setelah itu, saya memikirkan bahwa sebenarnya hal ini sering terjadi dalam perjalanan kehidupan kita, dalam bentuk yang mungkin berbeda. Beberapa hal yang saya pelajari antara lain:

1. Saat itu mungkin kami masih bisa tertawa akibat 'kurang briefing' dan 'salah pilih' jalan. Efek yang kami dapatkan memang tidak berdampak besar selain tiba jadi lebih larut dan jalan yang ditempuh jadi lebih panjang. Namun bayangkan apa yang terjadi jika hal itu terjadi pada peristiwa yang lebih penting dan berdampak lebih besar? 'Briefing' yang jelas dan tepat sangat dibutuhkan. Kesalahan briefing di awal bisa menyebabkan kita/tim kita jadi 'tersesat' sehingga tujuan yang diinginkan bisa terlambat tercapai atau malah tidak tercapai sama sekali. Seberapa sering kita menganggap arahan tidak begitu penting, atau berpikir 'ga perlu dijelasin, nanti lama-lama ngerti sendiri', atau ' dia pasti bisalah, saya aja dulu belajar sendiri bisa kok', dan pikiran lain yang serupa? Tanpa kita sadari, keteledoran kita bisa membuat 'tersesat' menjadi sangat mungkin terjadi. Efeknya? Bisa jadi kita harus memperbaiki hal yang seharusnya tidak perlu rusak. Lebih lelah sudah pasti muncul, effort yang dibutuhkan untuk memperbaiki yang sudah terjadi menjadi lebih besar.

2. Dalam kehidupan selalu ada sisi positif dan negatif ujar seorang rekan. Malam itu dering hp terasa mengganggu tidur kami yang sudah kelelahan. Namun ternyata dering telepon itu ada hikmahnya. Mereka membuat kami terbangun dan sadar kalau sudah salah jalan. Begitu juga dalam keadaan sehari-hari. Terkadang kita menemui kejadian yang kita anggap 'buruk' dan membuat kita tidak nyaman. Kejadian yang terkesan mempersulit hidup kita yang sudah cukup berat rasanya. Tanpa kita sadari, hal-hal yang menjengkelkan tersebut ternyata terjadi untuk membuat kita belajar sesuatu, terhindar dari sesuatu, atau mendekatkan kita pada sesuatu yang baik. Seperti yang saya tulis dalam beberapa postingan sebelumnya, everything happen for reasons. Adakalanya sesuatu yang terlihat buruk sedang dipakai Tuhan untuk menyelamatkan kita dari jalan yang salah. kemampuan kita untuk berpikir positif dan mengambil hikmah dalam setiap kejadian (baik atau buruk) akan membuat kita lebih mensyukuri apa yang sudah kita lalui. Membuat kita kuat untuk menghadapi hal sulit yang sedang terjadi. Membuat kita lebih mampu menikmati hidup saat ini. Membuat kita memiliki harapan untuk menyongsong hari esok dengan lebih baik.

3. When there's a will, there's a way. Nyambung? Tidak juga. Tetapi hal ini juga terlintas dalam pikiran saya. Ketika kita sudah salah langkah, tidak berarti kehidupan kita berhenti begitu saja. Jika kita mau, tetap ada jalan untuk memperbaiki diri. Pilihan ada di tangan kita. Apakah kita mau meneruskan langkah kita yang salah, ataukah kita memilih untuk mencari jalan untuk kembali ke jalan yang benar. Selalu ada kesempatan memperbaiki diri selama kita diberi kesempatan untuk menghirup udara di dunia ini. Tidak selalu mudah, tidak selalu tanpa resiko, namun tidak berarti tidak mungkin. Jangan patah semangat dalam setiap usaha untuk kembali memperbaiki diri. Be better or be worse, that's your choice. Now or later, that's your choice.

Semoga perenungan singkat yang apa adanya ini bisa sedikit menggugah kesadaran kita di akhir tahun ini, untuk membuat sesuatu yang lebih baik di tahun yang baru nanti. Untuk mempersiapkan diri menghadapi kisah-kisah lain yang mungkin muncul saat berkelana di kehidupan.

By the way, ada yang ingin berkelana bersama? :p




 

Tempat Mengungkap yang Tak Terucap Template by Ipietoon Cute Blog Design