Tuhan itu luar biasa banget. Luar
biasa baiknya, luar biasa humorisnya, dan luar biasa manisnya. Kenapa aku bisa
bilang begitu? Karena sore ini aku baru mengalami (lagi) yang namanya dihibur
dengan manis oleh-Nya.
Today wasn’t good day. I had some
family argumentation which make a negative effect for my plan, my day, and my
mood and much more. I have terrible feeling. Do you ever feel the pain in your
chest literally from seeing/hearing/thinking something that breaks your heart? I
did. What is the worst part from cancelled plan? The fact that all of your word
was unlistened. Even your tears can’t come out from your eyes because of the
pain. Sadness, anger, disappointment seems like want to make my heart full. And everything getting worse when I
got traffic near my house. It push me to turn around and find another way,
further. Oh God, can’t this getting worse? Padahal saat itu maunya cepat-cepat
sampai di rumah dan mengurung diri di
kamar. Aku mengeluh.
But, here is the sweet part. Dalam
perjalanan yang lebih jauh dari biasanya, aku melihat hal-hal yang membuat
emosiku menjadi lebih stabil. Tidak sengaja bertemu teman lama, melihat
orang-orang di sepanjang jalan yang memiliki ekspresi mereka masing-masing
(this is rare, karena biasanya aku tidak pernah memperhatikan sekitar saat
berkendara), dan bahkan ada orang yang tersenyum lebar dan berteriak “hai”
kepadaku seolah aku temannya saat kami selisih jalan. Aku kaget karena aku
tidak mengenalnya, dan sepertinya beberapa detik kemudian dia juga sadar kalau
dia salah orang. Hahahahahaha. My laugh burst. Lot of laugh. Saat itu emosi
negatifku menghilang. Sisa perjalanan aku lalui dengan santai, menikmati sore
sehabis hujan ternyata menyenangkan. Aku bergumam, ah, Tuhan bisa saja. Mencoba menghibur setelah menggagalkan rencanaku,
huh? Yes, You win. Sekali lagi Dia mampu membuatku sadar bahwa bahagia itu
sederhana (dengan cara-Nya yang unpredictable tentu saja). Siapa yang sangka
kemacetan yang menurutku menyebalkan ternyata menuntunku ke kejadian-kejadian
yang menciptakan tawa? Padahal aku sudah memprediksi bahwa hari ini akan
berakhir dengan tidak menyenangkan. Prediksiku lagi-lagi salah. Sesampainya di
rumah marahku sudah reda, adik yang awalnya nyaris jadi “korban” kemarahan (dia
juga salah satu penyebab sebenarnya, huh!) terselamatkan (hahaha). Cimo yang
awalnya akan menjadi ‘tidak terlihat’ tetap mendapatkan bagiannya untuk
bermain. Damai sekali.
Tidak ada keputusan yang berubah
sebenarnya. Semua tetap sama seperti saat argumentasi kami berakhir. Rencana tetap
gagal, dan keputusan yang diambil tetap tidak membuatku senang. Namun perbedaan
besar terjadi terhadap reaksiku. Akar pahit yang awalnya dipupuk subur dengan
kekecewaan diberantas dengan bersih oleh penerimaan. Penerimaan itu tidak akan ada
kalau jalan menuju rumah tadi tidak macet. Jika penerimaan tidak muncul, maka
sepertinya bukan hari ini saja yang buruk, tapi juga hari-hari besok. Bersyukur
Tuhan masih menolongku dengan manis. Jikalau pun malam ini air mata akan
mengalir, bisa dipastikan itu air mata ucapan syukur. He rebound my heart well.
He replace my anger with happiness. If He can do it to me, He can do it to you
too. Yang perlu kita lakukan hanyalah menjadi lebih peka. Peka akan kehadiran-Nya.
Selamat mengalami hal yang indah :)