Sabtu, 05 Desember 2015

Membawa Sampah



pic from google
Hari ini saya membawa sampah dari rumah menuju ke TPA (tempat pembuangan akhir) yang tidak begitu jauh dari rumah. Seperti TPA pada umumnya, aroma yang menyebar di sekitaran TPA sangat tidak menyenangkan. Mungkin karena berbagai macam campuran makanan basi yang sudah mulai terurai berkumpul disana. Saya sesegera mungkin membuang sampah yang saya bawa dan berlalu meninggalkan TPA tersebut. Setelah berjarak beberapa meter baru saya menghirup udara segar kembali. Aroma menyengat hilang diganti dengan aroma embun pagi. Saya senang bisa terlepas dari bau yang tidak sedap dengan segera. Membawa sampah atau berada di sekitar sampah memang bukan hal yang menyenangkan. Oleh karena itu sampah harus dengan rutin dibuang agar tidak mencemari rumah atau lingkungan sekitar kita. Tidak ada yang nyaman dengan bau yang dikeluarkan oleh sampah yang lama tersimpan, bukan? Tidak hanya itu, sampah sisa makanan yang terlalu lama bisa menimbulkan kuman, mengundang lalat, dan menciptakan penyakit.

Ironisnya, banyak dari kita yang baik secara sadar maupun tidak sadar menyimpan ‘sampah’ di dalam diri kita. Baik sampah dalam perut maupun sampah dalam hati. Kali ini saya hanya akan fokus ke ‘sampah’ hati. Seringkali kita membawa sampah-sampah hati berbentuk dendam, kebencian, rasa kecewa, rasa takut yang berlebihan, iri hati, keluh kesah, dan lain-lain. Bahkan tidak jarang ada sampah yang sudah tersimpan bertahun-tahun sehingga menimbulkan penyakit bernama kepahitan. Semakin lama kita menyimpan sampah tersebut, maka semakin tercium aroma tidak sedap melalui prilaku kita. Semakin terlihat melalui tindakan kita yang ‘sakit’. Hati yang dipenuhi hal-hal negatif akan mempengaruhi pikiran menjadi negatif, akan terlihat dari prilaku negatif yang dilakukan. Apa yang keluar dari mulut, berasal dari hati. Hati yang pahit akan mengeluarkan kata-kata negatif, mudah marah, insecure, penuh curiga, antipati, atau hal lain yang menggerus kebahagiaan kita dan orang di sekitar kita. Tidak jarang saya temukan orang yang begitu keras ternyata memiliki kisah pahit di masa lalu yang belum selesai. Beberapa orang lain berbalik 180 derajat dari pelayanannya menjadi orang yang penuh kebencian karena rasa kecewa yang teramat dalam. Mereka menyimpannya di dalam hati. Mereka tidak sadar telah menimbun sampah di hati. Apa yang menyenangkan dari membawa sampah itu sehingga banyak orang yang merasa ‘sayang’ untuk membuangnya?

Saya juga seorang manusia biasa yang pernah mengalami sakit hati, pernah mengalami penolakan yang menyakitkan, juga pernah dirundung rasa kecewa yang teramat dalam. Saya dulu juga menjadi salah satu orang di atas yang gemar membawa ‘sampah’. ‘Sampah’ tersebut saya gunakan sebagai pembenaran untuk menghakimi orang yang telah menyakiti saya. Saya begini karena kamu, saya jadi seperti ini karena kalian, kalian yang menyebabkan semuanya, suatu saat kalian akan menyesalinya, dan banyak kalimat menghakimi yang lain. Secara tidak sadar saya gunakan itu untuk memberi makan  kuman yang mulai muncul dari sampah yang saya pendam dalam hati. Membuat kepahitan menjadi sangat subur bertumbuh di hati, mempengaruhi kehidupan saya. Semakin saya menghakimi, semakin saya terluka, semakin saya tidak sejahtera. Tidak ada yang menyenangkan dari hidup yang penuh kepahitan.

Saya bersyukur teman-teman saya saat itu ada yang masih bertahan untuk membantu saya meski mereka tidak nyaman dengan ‘aroma busuk kepahitan’ yang selalu bersama saya. Saya bersyukur saat itu Tuhan tidak berbalik menjauhi saya sama sekali. Ia tetap mengasihi saya. Dengan berbagai cara-Nya saya diajari tentang betapa Ia mengasihi saya. Dia menunjukkan bahwa kasih-Nya saja sudah cukup untuk saya. Christ alone was enough. Kasih yang Ia berikan mengajarkan saya untuk mengampuni. Karena hanya itu satu-satunya cara untuk mengeluarkan sampah dari dalam hati saya. Pengampunan mematikan akar pahit. Pengampunan membawa pemulihan. Bukan hal yang mudah, namun tidak ada yang mustahil di dalam Tuhan, bukan? kehidupan saya jauh lebih terasa ringan untuk dilalui setelah sampah-sampah tersebut dibuang pada tempatnya. Ruangan yang dulu berbau busuk dan menjadi sarang kuman di hati, kini dipenuhi oleh kasih Tuhan. Saat ini bukan berarti saya tidak pernah dikecewakan lagi, atau tidak pernah disakiti lagi. Selama masih menjadi makhluk sosial yang bersinggungan di sana-sini, kondisi tidak menyenangkan itu akan selalu ada. Bedanya, sampah-sampah tersebut tidak pernah berada lama di dalam hati. Selalu segera dibuang. Jika sulit, segera minta pertolongan Tuhan. Kasih dan pengampunan-Nya mengubah banyak hal dalam hidup saya. Kasih yang sama juga bisa mengubah banyak hal dalam hidup anda.
Buanglah sampah hati anda pada tempatnya. Try to forgive, because you deserve to be happy :)



 

Tempat Mengungkap yang Tak Terucap Template by Ipietoon Cute Blog Design