"Ce, apa kabar? Papa sebenernya ga
enak mau telpon cece, tapi mau hubungin siapa lagi.. Papa cuma mau
cerita..."
Papa tahu, mendengar ucapan papa yang
sepotong itu saja hatiku sudah tidak karuan. Ada yang tidak beres sedang
terjadi. Dan ketika papa menceritakan semuanya, hatiku hancur. Pedihnya jauh
lebih dahsyat daripada putus cinta (?).
Maaf, pa. Mungkin aku hanya diam saat
mendengar keluh kesahmu. Mungkin tidak ada ucapan menghibur yang keluar dari
mulutku. Kenapa? Karena menggumampun aku sudah tidak sanggup. Ya, aku sedang
menggigit bibirku untuk menahan tangis.
Satu yang harus papa tahu, meskipun aku
jauh, aku selalu ada buat papa. I'm still your favourite daughter, right? Meski
dalam hati, aku selalu berusaha menguatkan papa. Papa pasti kuat, dan harus
kuat. Papa satu-satunya penyemangatku bekerja di kota asing ini. Jika papa
putus asa, aku seperti layang-layang kehilangan benang. Pikiranku melayang
entah kemana.
Pa, selama ini papa selalu bilang kan,
kalau Tuhan itu tidak pernah meninggalkan kita, ya kan? Sekarang papa harus
ingat itu. Papa harus tegar. Meski tidak ada yang membantumu, papa harus
percaya bahwa Dia akan selalu menyelesaikan masalah kita.
Dulu papa yang selalu menguatkanku untuk
tetap semangat. Sekarang aku yang akan menyemangati papa. Meskipun ragaku tidak
di sampingmu, yakinlah hatiku dekat di hatimu, pa.
Papaku adalah papa yang kuat, papaku adalah
papa yang hebat. Dan akan tetap seperti itu. Ini hanyalah serpihan kecil yang
akan menjadi alat Nya dalam menyatakan mujizat. Percayalah semua akan baik-baik
saja.
Be tough, pa. :)
Teruntuk papa, dari putrimu yang selalu kau
anggap masih kecil :)
*ditulis untuk tantangan twitter #30harimenulissuratcinta
*ditulis untuk tantangan twitter #30harimenulissuratcinta