Beberapa waktu ini saya sedang
roadshow ke seluruh cabang cover saya untuk memberikan training mengenai Self
Leadership. Sebelum membawakan materi biasanya saya membaca ulang agar dapat
lebih memahami apa yang ingin saya sampaikan. Semakin saya membaca, semakin
saya mendapatkan tambahan insight yang berbeda meskipun dengan tema yang sama.
Saya anggap itu sebagai berkah untuk trainer.
Insight paling mengena yang saya
dapati ketika saya masuk ke bagian how
many times you should try? Di bagian ini peserta ditunjukkan sebuah slide
dengan visualisasi jumlah kegagalan orang-orang terkenal sebelum mereka
berhasil menciptakan sesuatu lengkap dengan ilustrasinya. Saya suka menambahkan tokoh bernama Thomas
Alva Edison di sela-sela menerangkan slide tersebut dengan asumsi peserta pasti
mengetahui dengan pasti siapa beliau dan apa yang telah dia lalui untuk bisa
berhasil menjadi penemu lampu pijar. Ada satu pertanyaan yang saya lontarkan
ketika saya mengulas mengenai sosok ini: “Apa yang terjadi jika Thomas Alva
Edison berhenti mencoba di percobaannya yang ke 999?” Rata-rata peserta di setiap
cabang pasti akan menjawab: “jadi gelap bu sekarang”, “kita ga kenal lampu, bu”,
atau jawaban lain yang sejenis. Saat itulah saya memanfaatkan momen hening
sejenak dan berkata: Tidak. Kita akan tetap bisa menikmati lampu saat ini.
Dunia tidak akan gelap. Lampu akan tetap ada, tetapi bukan nama Thomas Alva
Edison yang kita kenal. Jika Thomas saat itu memilih menyerah, maka akan ada
nama lain yang berjuang lebih keras dan muncul sebagai penemu lampu. Ketika dia
menyerah, bukan kita yang tidak mendapat manfaat lampu, melainkan dia yang
kehilangan kesempatan untuk dikenal dan dikenang.
Begitu juga dengan kita, saat
kita memilih menyerah, maka akan selalu ada orang lain yang memiliki usaha
lebih keras untuk mencapai tujuan kita. Saat kita memilih melepaskan
kesempatan, akan selalu ada orang lain yang berusaha lebih giat untuk
mendapatkan kesempatan tersebut. Saat kita mulai lengah dan tidak menghargai
posisi kita saat ini, akan selalu ada orang yang siap menggantikan kita di
posisi yang sama. Saat itu, biasanya
semua peserta terdiam, dan saya memanfaatkannya untuk melakukan ‘gerakan
mercusuar’ menyapukan pandangan ke semua peserta.
Pilihan yang kita buat, akan
mempengaruhi diri kita. Akan berdampak pada kehidupan kita sebelum berdampak
pada sekitar. You can choose your choice
freely, but you can’t choose the consequences. Pilihan dan konsekuensi
bagaikan dua sisi mata uang. Satu paket dan tidak akan terpisahkan. Pilhan-pilihan
yang kita buat akan memberikan dampak yang berbeda-beda. Ketika kita memilih
menyerah, berarti kita memberikan kesempatan yang kita miliki ke orang lain. Ketika
kita memilih untuk berusaha dengan lebih maksimal, berarti kita sedang
memanfaatkan kesempatan yang kita dapatkan. Mencoba dengan lebih keras dan
lebih cerdas juga termasuk pilihan, belajar untuk menjadi lebih baik atau tidak
juga merupakan pilihan. Untuk berhasil, tiap orang memiliki pathnya
masing-masing. Tergantung seberapa keras usaha dan seberapa banyak ia mau
mencoba. Remember this: when you stop
trying to reach something, there always someone else who try harder to get it. When
you stop appreciate something, there always somebody else who will do it and
take your position.
So, how many times you should try?
pic via Google |
Let’s contemplate...