Jumat, 22 Juli 2016

Takaran yang Pas



“Lause, ini nempelnya gimana? Susah…”, “Lause, talinya ga bisa diikat”, “Lause aktivitas sama PR nya kok banyak banget?” “Lause… lause.. lauseee”


Kalimat di atas pasti sangat familiar di kalangan guru yang biasa mengajar di kelas batita-balita, bahkan guru yang mengajar anak-anak yang masih di usia SD. Keluhan dan pertanyaan bagaimana sering menjadi penghias jam mengajar. Dibutuhkan guru-guru dengan dedikasi tinggi untuk tetap sabar dan antusias menanggapi segala pertanyaan, pernyataan, dan permintaan anak-anak yang kadang unik dan tidak sabaran tersebut. Jika mereka mengalami kesulitan, anak-anak biasanya langsung mengadu dan meminta pertolongan. Ada juga yang merasa tugas yang diberikan terlalu berat, terlalu banyak, dan terlalu rumit. Pikiran yang umum dimiliki. Hal yang tidak mereka pahami  dan tidak ketahui adalah, tugas yang diberikan itu sebenarnya sudah sesuai dengan usia mereka, aktivitas yang ada sudah dikembangkan dari kurikulum dengan tujuan pembentukan diri mereka. Guru-guru  yang baik biasanya mempersiapkan aktivitas dan latihan sesuai modul dan tujuan pembelajaran anak di usia tertentu, tidak kurang dan tidak lebih sulit. Anak-anak tidak mememahaminya sehingga ketika menemukan kesulitan, beberapa diantaranya protes, menangis, dan bahkan menyerah.

Tanpa kita sadari, tidak jarang kita seperti anak-anak di atas. Mengeluh dan merasa beban yang kita miliki terlalu berat untuk dipikul. Merasa kalau masalah sering datang tanpa mau antri sehingga membuat kita lelah dan akhirnya protes, “ Tuhan, mengapa bebanku berat sekali? Tidak sanggup lagi rasanya”. Manusiawi, karena mungkin saat itu kita ‘belum paham’ apa maksud dari kejadian demi kejadian yang kita lewati. Hanya saja, kita sering lupa bahwa apa yang kita alami itu sebenarnya sudah sangat sesuai dengan kemampuan kita. Setiap keberhasilan, kegagalan, sukacita, dukacita, masalah, dll itu sebenarnya sudah memiliki takaran yang pas untuk ada di dalam kehidupan kita. Tidak kurang dan tidak lebih. Hal yang perlu kita pahami dari apa yang kita alami adalah, semua itu diberikan untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Ada hal yang diberikan untuk membuat kita jadi lebih dewasa. Ada hal yang diberikan untuk membuat kita naik level, dll. Apa yang kita alami sebenarnya sudah diproses sesuai kurikulum yang tepat demi kebaikan kita. Jika guru yang baik saja bisa memberikan pembelajaran yang pas dan sesuai dengan usia anak, apalagi Tuhan yang maha segala? 

Pemahaman awal mengenai takaran ini akan membawa kita pada pengharapan dan semangat untuk mengatasi masalah yang ada. Ketekunan dan kepekaan juga dibutuhkan untuk kita dapat melewati ‘pembelajaran’ yang diberikan dengan baik. Banyak bertanya kepadaNya, fokus, dan tidak lari dari masalah akan sangat membantu kita untuk lulus dari tiap-tiap ujian yang diberikan. Bukan hal yang mudah memang, saya pun masih belajar tentang hal ini, namun mari sama-sama belajar. Mari sama-sama memperhatikan dan membantu sebagai kawan seperjuangan. Satu hal yang pasti, Guru kita tidak akan meninggalkan kita. Dia selalu ada untuk menolong kita melewati setiap tantangan. Tidak ada guru yang ingin muridnya gagal, kalaupun ada, Tuhan tidak menginginkannya.

Mari belajar bersama.

image from google
*lause: Guru
 

Tempat Mengungkap yang Tak Terucap Template by Ipietoon Cute Blog Design