“Lause, ini nempelnya gimana? Susah…”,
“Lause, talinya ga bisa diikat”, “Lause aktivitas sama PR nya kok banyak
banget?” “Lause… lause.. lauseee”
Kalimat di atas pasti sangat
familiar di kalangan guru yang biasa mengajar di kelas batita-balita, bahkan
guru yang mengajar anak-anak yang masih di usia SD. Keluhan dan pertanyaan
bagaimana sering menjadi penghias jam mengajar. Dibutuhkan guru-guru dengan
dedikasi tinggi untuk tetap sabar dan antusias menanggapi segala pertanyaan,
pernyataan, dan permintaan anak-anak yang kadang unik dan tidak sabaran tersebut.
Jika mereka mengalami kesulitan, anak-anak biasanya langsung mengadu dan
meminta pertolongan. Ada juga yang merasa tugas yang diberikan terlalu berat,
terlalu banyak, dan terlalu rumit. Pikiran yang umum dimiliki. Hal yang tidak
mereka pahami dan tidak ketahui adalah,
tugas yang diberikan itu sebenarnya sudah sesuai dengan usia mereka, aktivitas
yang ada sudah dikembangkan dari kurikulum dengan tujuan pembentukan diri
mereka. Guru-guru yang baik biasanya mempersiapkan
aktivitas dan latihan sesuai modul dan tujuan pembelajaran anak di usia
tertentu, tidak kurang dan tidak lebih sulit. Anak-anak tidak mememahaminya
sehingga ketika menemukan kesulitan, beberapa diantaranya protes, menangis, dan
bahkan menyerah.
Tanpa kita sadari, tidak jarang
kita seperti anak-anak di atas. Mengeluh dan merasa beban yang kita miliki
terlalu berat untuk dipikul. Merasa kalau masalah sering datang tanpa mau antri
sehingga membuat kita lelah dan akhirnya protes, “ Tuhan, mengapa bebanku berat
sekali? Tidak sanggup lagi rasanya”. Manusiawi, karena mungkin saat itu kita ‘belum
paham’ apa maksud dari kejadian demi kejadian yang kita lewati. Hanya saja,
kita sering lupa bahwa apa yang kita alami itu sebenarnya sudah sangat sesuai
dengan kemampuan kita. Setiap keberhasilan, kegagalan, sukacita, dukacita,
masalah, dll itu sebenarnya sudah memiliki takaran yang pas untuk ada di dalam
kehidupan kita. Tidak kurang dan tidak lebih. Hal yang perlu kita pahami dari
apa yang kita alami adalah, semua itu diberikan untuk mendatangkan kebaikan
bagi kita. Ada hal yang diberikan untuk membuat kita jadi lebih dewasa. Ada hal
yang diberikan untuk membuat kita naik level, dll. Apa yang kita alami
sebenarnya sudah diproses sesuai kurikulum yang tepat demi kebaikan kita. Jika
guru yang baik saja bisa memberikan pembelajaran yang pas dan sesuai dengan
usia anak, apalagi Tuhan yang maha segala?
Pemahaman awal mengenai takaran
ini akan membawa kita pada pengharapan dan semangat untuk mengatasi masalah
yang ada. Ketekunan dan kepekaan juga dibutuhkan untuk kita dapat melewati ‘pembelajaran’
yang diberikan dengan baik. Banyak bertanya kepadaNya, fokus, dan tidak lari
dari masalah akan sangat membantu kita untuk lulus dari tiap-tiap ujian yang
diberikan. Bukan hal yang mudah memang, saya pun masih belajar tentang hal ini,
namun mari sama-sama belajar. Mari sama-sama memperhatikan dan membantu sebagai
kawan seperjuangan. Satu hal yang pasti, Guru kita tidak akan meninggalkan
kita. Dia selalu ada untuk menolong kita melewati setiap tantangan. Tidak ada guru yang ingin muridnya gagal, kalaupun ada, Tuhan tidak menginginkannya.
Mari belajar bersama.
image from google |
*lause: Guru