Senin, 27 Oktober 2014

Samuel's Journey to Find a King



Kali ini saya akan bercerita sedikit mengenai hasil perenungan mengenai nabi Samuel.

Bacaan: 1 Samuel 16:1-10

Kita semua tahu bahwa nabi Samuel adalah nabi yang diutus Tuhan untuk mengurapi raja. Dia hanya tahu bahwa tugasnya adalah mengurapi raja, tanpa tahu siapa yang akan dia urapi. Untuk mengurapi raja, ia harus menempuh perjalanan jauh dan berbahaya (Samuel berangkat dari Rama ke Betlehem, kalau cek di google jaraknya sekitar 9338.5 km dan waktu itu belum ada mobil atau pesawat ya teman-teman). Meskipun perintah yang ia terima berat, ia tetap optimis karena ia tahu bahwa tugasnya mulia.
Setelah perjalanan panjang, akhirnya ia berhasil menemui Isai, orang tua dari calon raja. Ketika dia tahu anaknya Isai keren-keren, Samuel senang. “ Yes! My mission will accomplished soon!” pikirnya. Saking semangatnya, Samuel jadi terobsesi dengan sosok raja dalam bayangannya. Tegap, gagah, beribawa, dan berpengalaman. But, what happen next?
Setiap anak Isai yang akan dia urapi, Tuhan menolak mereka. “Bukan dia” kata Tuhan. Ekspektasi Samuel tidak sejalan dengan maunya Tuhan.
Disini saya mencoba memahami perasaan Samuel saat itu. Kalau saya yang jadi Samuel, mungkin saya akan berpikir begini: “Yaelah Tuhan, kan orang ini bagus, lahir dari keluarga yang Tuhan pilih, anak dari Isai. Apalagi yang kurang? Aku sudah jauh loh kesini. Capek. Tadi ada yang tegap dan gagah Tuhan ga mau, ada yang beribawa Tuhan juga ga mau, ini yang berpengalaman juga Tuhan tolak. Maunya Tuhan itu yang mana?” (ps: untungnya saya bukan Samuel :p) Saat itu sepertinya Samuel mulai frustasi karena obsesinya sendiri. Sampai Tuhan bilang, manusia melihat rupa, tetapi Aku melihat hati. Samuel akhirnya nurut lagi. Sampai anak Isai habis dipamerin, ternyata belum ada yang cocok menurut Tuhan. Akhirnya Samuel bilang gini kira-kira: “ini aja ya anakmu? Ga ada yang lain?” kalau saya boleh mencoba share, perasaan yang saya rasakan pada Samuel saat itu, perkataan terakhir itu diucapkan dengan tidak bersemangat sama sekali. Kalau saya jadi Samuel (lagi), mungkin saya sudah protes ke Tuhan, “ Tuhan, kenapa Tuhan ga kasih tau aja maunya Tuhan itu yang mana? Jangan gantung begini, dari tadi Tuhan mengijinkan satu per satu orang yang tidak layak untuk dipertemukan ke aku. Why, God, why??” (sekali lagi, untung Samuel bukan saya xP)
Dalam kondisi seperti itu, Isai akhirnya bilang: “ ada sih 1 lagi, tapi lagi di padang, lagi gembalain domba” (setengah hati juga kayaknya ngomongnya). Nyessssss… hati Samuel berasa dikasih air segar. Ada harapan lagi. Ia akhirnya minta Daud dipanggil untuk ketemu dengannya. Ketika Daud datang, saya rasa Samuel kaget. Kondisi dan keberadaan Daud sangat berbeda dengan profil raja yang ia bayangkan. Tapi dialah yang dipilih Tuhan. Ketika Daud datang, Tuhan tidak menunda apapun lagi, langsung minta Samuel mengurapi Daud. This is it, now we have the right man, in the right place, on the right time.

Dari sedikit uraian di atas (dengan bahasa sederhana), apa yang didapat? Setidaknya ada 3 hal yang bisa saya petik:
1.       Kadang kita harus menempuh perjalanan yang tidak singkat dan tidak mudah untuk mencapai tujuan Allah untuk diri kita yang seringkali kita tidak mengetahui secara spesifik. Bisa jadi kita akan bingung seperti nabi Samuel, tapi disanalah providensia Allah dinyatakan. Samuel did it! Perfectly. Bukan karena Samuel nabi besar yang telah berpengalaman, tapi karena penyertaan Tuhan. Tugas Samuel hanya menjalankan instruksi dari Tuhan. Tuhan memang tidak serta merta memberi tuntunan langsung dari A-Z di awal perjalanan. Ia memberikannya bagian per bagian. Hasil akhir tetap jadi kejutan. Supaya apa? Supaya Samuel berserah penuh pada Tuhan, supaya dia tidak jatuh dalam kesombongan ketika berhasil, dan supaya dia mampu memaknai tiap bagian yang ia lalui. Sama seperti ketika kita main game. Tidak ada game yang memberi petunjuk langsung dari awal sampai akhir. Karena tiap bagian memiliki kesulitannya sendiri. Kita harus dimampukan dulu dalam satu tahap untuk dapat berhasil melewati tahap berikutnya. Sehingga ketika mencapai bagian akhir, kita siap.
2.       Tuhan terkadang sengaja mempertemukan kita dengan yang salah baru diberi tahu yang benar. Supaya apa? Supaya obsesi dan pandangan pribadi kita yang tidak sejalan dengan Allah terkikis terlebih dahulu. Sampai kita benar-benar mengerti maunya Tuhan. Awalnya Samuel masih mencari "the next Saul" bukan "the next king" karena di dalam bayangannya raja itu ya Saul. Samuel tidak sepenuhnya salah, karena ia memang belum mengetahui raja ideal itu seperti apa. Ia masih belajar. Trial and eror. Ia menggunakan role model yang ada untuk membangun sosok raja dalam pikirannya. Oleh karena itulah Tuhan menunjukkan padanya mana yang dianggap manusia baik, dan mana yang menurut Tuhan benar-benar baik. Tuhan mengajar Samuel untuk mengerti maunya Tuhan. Tuhan juga tidak memberi tahu, Lia, kamu tahun depan akan begini dan begitu. Tapi dia menunjukkannya melalui proses keseharian kita. Kenapa? Karena kita manusia, bukan robot. Tuhan tetap menginginkan campur tangan kita dalam kisah hidup kita sendiri. Kita dilibatkan secara penuh olehNya. Dia memanusiakan kita. Manis ya? :’)
Kita sering bertingkah seperti Samuel, putus asa ketika semua yang kita lakukan sepertinya masih belum sesuai dengan keinginan Tuhan. Patah arang ketika semua yang kita lihat ternyata bukan yang terbaik untuk kita. Tapi itulah intinya. Pengalaman. Ketika Tuhan menganggap akhirnya Samuel mengerti, baru Ia ijinkan Samuel tahu bahwa ada anak Isai yang lain. Kejutan! Tuhan memberikan harapan pada mereka yang putus asa. Betapa membahagiakannya itu? Kita bisa bayangkan bagaimana serunya Samuel bercerita ke temannya yang lain ketika ia melihat harapan itu? Ilustrasinya mungkin begini: “aku udah ga tau mau gimana lagi waktu itu, anak Isai ga ada yang cocok menurut Tuhan, eh ternyata ada satu anak lagi yang belum aku temui!” I can feel that enthusiasm. Been there done that. Semangat Samuel pasti sekian kali lipat berkobar menunggu si bungsu. Harapan penuh.
Ketika Daud tiba… This is the last exam for Samuel…
“what? That little cute boy? Is he the next king?? Are you sure, God??
Disini ujian terakhir untuk Samuel. Tuhan mau melihat sejauh mana Samuel taat.
3.       Taat.
Sejauh mana kita taat dan tetap percaya kalau apa yang kita terima adalah yang terbaik? Seandainya saya jadi Samuel dulu (maaf saya banyak berangan jadi Samuel, namanya juga refleksi diri, hehehe) mungkin akan sangat berat untuk mengurapi Daud. “ Tuhan, yang sebelumnya tadi jauh lebih cocok loh…” Disinilah keegoisan kita sebagai manusia dilebur. Bukan kehendak kita yang jadi, tapi kehendak Tuhan. Samuel saat itu belum tahu apa yang akan terjadi sama bangsanya di tangan Daud. Jangankan Samuel, Daud juga pasti belum tahu. Tapi Samuel percaya. Ia taat, ia beriman, Tuhan tidak pernah salah ( insert Trust His Heart song as backsound here).
Saya, Anda, atau kita mungkin sekarang sedang ada di kondisi seperti Samuel. Bisa jadi ada di bagian yang berbeda. Mungkin seseorang sedang ada di bagian dalam perjalanan awal. Ada yang berada di bagian yang dihadapkan dengan pilihan yang salah. Atau ada yang sedang mengikuti ‘ujian akhir’.
Di kisah Samuel, dia melihat kalau Tuhan memang tidak salah bertahun kemudian. Kita mungkin belum mencapai tahap itu, namun lewat tulisan ini, semoga kita bisa saling menguatkan, bahwa Tuhan sedang merajut hal yang indah. Saya rasa kita lebih beruntung dari Samuel. Kita masih bisa sharing dengan partner rohani. Samuel? Belum tentu bisa, sharing sama siapa coba? Saul? Bisa langsung dihukum mati dia kalau berani sharing tentang pengganti raja ke raja yang masih eksis. Saat itu dia memang mampu untuk berbagi pikiran dengan Tuhan secara langsung. Saat ini, Tuhan mengerti kemampuan kita. Makanya Ia menyediakan kita teman berbagi, fasilitas untuk mengerti Dia lebih lagi. Gunakan itu selagi free… Pakai semua hal yang bisa dimanfaatkan, semua kejadian yang muncul, semua pengetahuan yang ada untuk mengenal Dia lebih dalam, agar semakin banyak hint/ life yang terbuka bagi kita untuk menyelesaikan tujuanNya.

Our life story is written by God. And it’s always beautiful at His time... Trust Him 

Semoga tulisan ini memberkati… GBU
 

Tempat Mengungkap yang Tak Terucap Template by Ipietoon Cute Blog Design