Sabtu, 21 November 2015

Woman still a woman, no matter what



Wanita yang berdandan tidak membuat derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari wanita tanpa make up. Mereka tetap wanita.
Wanita bekerja tidak membuat derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari ibu rumah tangga. Mereka tetap wanita.
Wanita menikah tidak membuat derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari wanita yang tidak menikah.  Mereka tetap wanita.
Wanita yang pintar memasak tidak membuat derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari wanita yang tidak bisa memasak.  Mereka tetap wanita.
Wanita yang dikaruniai anak tidak membuat derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari wanita yang tidak memiliki anak. Mereka tetap wanita.
Wanita yang selama mengandung dapat tetap beraktivitas tidak membuat derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari wanita yang harus bedrest selama masa trimester awal kehamilan.
Wanita yang mampu memberi ASI eksklusif tidak membuat derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari wanita yang kesulitan memberi ASI. Mereka tetap wanita.

Jumat, 20 November 2015

Inside Out, It's Okay to be Not Okay



 For the first time in forever saya akan ulas sedikit mengenai film unik yang baru saya tonton (berkali-kali). Yak, Inside Out. Film animasi keluaran Pixar ini mengikuti jejak senior-seniornya dalam menggugah hati dan melatih otak sang penonton dengan filosofi yang disuguhkannya. Early warning, spoiler alert.

image from google

Sabtu, 14 November 2015

Kisah 8000 Rupiah

Siang itu saya 'terpaksa' mampir ke bengkel untuk menambal ban motor saya yang pecah. Bapak-bapak penjaga bengkel yang ramah membuat saya berkurang kesalnya atas kemalangan yang menimpa motor saya. Bapak ini dengan cekatan membuka ban dan menambalnya. Saat menunggu ban dipanaskan, ia  juga mengutak-atik motor yang dari tadi memang ada disana. Ganti oli sepertinya. Saya memperhatikan langkah demi langkah yang dilakukan bapak itu terhadap ban saya sambil mendengarkan penjelasannya mengenai penyebab ban saya pecah. "kurang angin ini, Mbak, makanya bocornya di pinggir". Penjelasannya mengingatkan saya pada papa yang selalu menerangkan ke pelanggan tentang kondisi motor mereka. Seperti dokter yang menjelaskan ke pasien tentang penyakit yang dideritanya. Sekarang ini jarang sekali saya temukan kebiasaan seperti itu. Biasanya hanya melakukan apa yang diminta konsumen dengan cepat agar makin cepat menerima bayaran. Kalau perlu mengambil kesempatan untuk mendapat untung lebih jika konsumen terlihat tidak mengerti. Setelah selesai ditambal, saya bertanya berapa biayanya. "Rp.8000,- Mbak" kata si Bapak. Harga itu memang harga standar untuk menambal ban dan tambah angin motor. Namun ketika saya memberikan uang tersebut, saya merasa sedikit ditampar.

Rabu, 11 November 2015

Sudah Sewajarnya, Katanya



Hujan baru dirindukan saat kemarau panjang.
Udara segar baru disyukuri setelah terkena bencana asap.
Hangatnya mentari baru dicari ketika mengalami musim dingin berkepanjangan.
Keluarga baru dibutuhkan saat mulai terpisah.
Perhatian baru disesali saat ia tak lagi ada.

Minggu, 01 November 2015

Namanya Nino


Hari ini untuk pertama kalinya saya merasa berat mengetahui bahwa minggu depan kemungkinan besar saya tidak bisa hadir di sekolah minggu karena harus keluar kota. Kenapa? Begini ceritanya (maaf agak panjang)...

Minggu lalu Ls. Ester menginfokan bahwa ia berhalangan hadir hari ini karena satu dan lain hal, sementara Ls. Ike masih di luar kota. Mengingat keterbatasan guru di SM, saya diminta menggantikan Ls. Ester membawa cerita FT. Saat itu perasaan saya campur aduk. Bingung. Ada ketakutan, kekhawatiran, ragu, namun juga ada rasa penasaran dan excited. Saya berulang kali bertanya pada diri sendiri “Can I?” Saya belum resmi menjadi laoshi. Kelas penataran baru akan dimulai di awal November. Membawakan cerita sebelum resmi lulus menjadi laoshi membuat saya merasa menjadi laoshi prematur. Mampukah saya? Layakkah saya?
 

Tempat Mengungkap yang Tak Terucap Template by Ipietoon Cute Blog Design