Jumat, 20 November 2015

Inside Out, It's Okay to be Not Okay



 For the first time in forever saya akan ulas sedikit mengenai film unik yang baru saya tonton (berkali-kali). Yak, Inside Out. Film animasi keluaran Pixar ini mengikuti jejak senior-seniornya dalam menggugah hati dan melatih otak sang penonton dengan filosofi yang disuguhkannya. Early warning, spoiler alert.

image from google

Film ini bercerita mengenai ‘isi kepala’ dari seorang anak bernama Riley. Di dalam kepala Riley ada lima jenis emosi yang digambarkan dengan karakter joy, sadness, fear, disgust, dan anger. Interaksi dari kelima emosi ini (katanya) akan menjadikan Riley seorang Riley. Kejadian demi kejadian yang berkesan akan terbentuk menjadi core memory yang nantinya akan membentuk personality island di dalam diri Riley. Riley kecil menghabiskan kesehariannya di Minnesota dengan dinominasi rasa bahagia. Core memory yang ia miliki semua berasal dari kenangan bahagia di masa kecilnya. Tidak ada masalah yang begitu berarti hingga akhirnya ia harus menerima kenyataan bahwa ia akan pindah ke San Fransisco. Jauh dari tempat tinggal lama, teman lama, dan kebiasaan lamanya. Riley yang saat itu berusia 11 tahun memiliki kesulitan untuk beradaptasi dengan perubahan yang besar tersebut.

Konflik mulai bermunculan saat Riley keluar dari zona nyamannya. Joy yang mewakili suka cita berusaha keras memegang kendali dari dalam kepala Riley agar Riley tetap menjadi anak yang bahagia. Namun, kekacauan mulai terjadi saat Sadness tidak sengaja memegang memori bahagia Riley sehingga mengubah memori itu menjadi kenangan yang menyedihkan di hari pertama Riley masuk ke sekolah. Core memory pertama yang berasal dari kesedihan terbentuk. Joy berusaha membuang core memory tersebut sebelum membentuk personality island yang baru, namun Sadness mencoba menghalangi Joy sehingga mereka berdua terhisap dan masuk ke area longtherm memory lengkap dengan seluruh core memory yang terbawa oleh Riley. Kondisi ini membuat konflik lain bermunculan karena dengan tidak adanya Joy dan Sadness di pusat kendali berarti Riley akan dikendalikan oleh Disgust, Anger dan Fear. Tidak ada core memory berarti personality island tidak ada yang bisa bekerja. Tidak ada Joy berarti tidak ada yang menggerakkan Riley untuk menjadi bahagia.

Kisah selanjutnya menceritakan usaha Joy dan Sadness untuk kembali ke pusat kendali demi menyelamatkan Riley. Sementara itu, Disgust, Anger dan Fear berusaha untuk mencoba membuat Riley bereaksi bahagia namun gagal. Saat masih di longtherm memory, Joy akhirnya menemukan kenyataan bahwa Sadness ternyata dibutuhkan oleh Riley. Ia menemukan kenyataan bahwa keluarga dan teman-teman Riley menolong dan menghibur karena Riley menunjukkan kesedihannya. Singkat cerita, Joy dan Sadness berhasil kembali ke pusat kendali. Tanpa diduga oleh yang lain, Joy membiarkan sadness memegang kendali atas Riley. Sadnesspun mengajak Joy untuk mengendalikan Riley secara bersama-sama sehingga terbentuk core memory baru yang merupakan gabungan antara kesedihan dan kebahagiaan.

Film ini memiliki banyak nilai filosofis yang bisa dipetik, namun sebelumnya saya akan mengutarakan hal yang mengganggu saya terlebih dahulu. Di film divisualisasikan bagaimana emosi mengendalikan pikiran dan tindakan seseorang. Seharusnya tidak demikian, emosi memang mempengaruhi pikiran, but normally, emosi bukan pengendali manusia. Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman di dalam bukunya Kecerdasan Emosional (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. Jadi, emosi sebatas mempengaruhi, sebagai pendorong, bukan pengendali.

Oke, lalu apa yang bisa dipelajari? Ada beberapa poin yang bisa saya petik dari film ini:

  1. Sadness, fear, disgust, anger are not bad. It’s a normal emotion. Emosi tersebut bukanlah suatu hal yang harus dihindari. Rasa takut bisa membantu kita untuk aware terhadap ancaman dari sekitar yang mungkin muncul. Kesedihan membuat kita mampu menghargai kebahagiaan. How you can feel happy if you never felt sad before? 
  2.   It’s okay to be sad, it’s okay to be mad, its’s okay to be scared. It’s okay to be not okay. It’s called self acceptance. Penerimaan diri. Penerimaan diri menurut Allport adalah kondisi ketika individu menerima diri sebagai seorang manusia. Ia dapat menerima keadaan emosionalnya (marah, takut, cemas, dll) tanpa mengganggu orang lain. Ketika seseorang mampu menerima dirinya, ia akan memiliki gambaran positif tentang dirinya. Ia juga aakn dapat mengatur dan bertoleransi dengan rasa frustasi dan kemarahannya. Ia dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa memusuhi. Ia dapat mengatur keadaan emosinya. Ketika kita menyadari bahwa keadaan kita sedang tidak baik, maka di saat itulah awal recovery. 
  3.  Showing our emotion can help others to help us. Jika kita mampu dan mau menunjukkan siapa kita tanpa merugikan orang lain, maka saat itu orang akan terbantu untuk mengetahui kondisi kita, dan akan lebih mudah untuk memberi bantuan yang tepat. It”s called assertiveness. Asertif berasal dari kata asing to assert yang berarti menyatakan dengan tegas. Menurut Lazarus (Dalam jurnal Assertive Communication Skill, Pipas& Darajad, 2010), pengertian perilaku asertif mengandung suatu  tingkah laku yang penuh  ketegasan yang timbul karena adanya kebebasan emosi dan keadaan efektif yang mendukung yang antara lain meliputi: menyatakan hak-hak pribadi, berbuat sesuatu untuk mendapatkan hak tersebut, melakukan hal tersebut sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi. Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Keuntungan berperilaku asertif, dengan menyatakan apa adanya perasaan atau emosinya seseorang tidak akan dikendalikan orang lain, efektif dalam berinteraksi,  lebih dihargai orang lain, menjadi lebih percaya diri dan memiliki rasa puas.

Sementara itu dulu yang bisa saya petik dari film animasi berbobot ini, semoga bermanfaat. Selamat memahami diri. Hear the voices inside your head. Fighting!
 

Tempat Mengungkap yang Tak Terucap Template by Ipietoon Cute Blog Design