2015 sudah berakhir, 2016 sudah mulai ditapaki. Kali ini saya akan membagi cerita melalui tulisan mainstream yang biasa dibuat orang di akhir/awal tahun. Sebuah perenungan terhadap tahun yang sudah dilewati.
Tahun 2014 lalu saya akhiri dengan berdoa di kamar, membuat resolusi untuk 2015 dan (ke)tidur(an). Untuk pertama kalinya dalam melewati tahun tidak saya isi dengan kegiatan apapun. Waktu itu saya berpikir, toh hari-hari juga akan dilalui seperti biasa. Awal 2015 dimulai dengan (terkesan) flat dan skeptis. Namun harus saya akui, resolusi yang saya buat untuk 2015 adalah resolusi pertama yang menjadikan Tuhan sebagai tema besar di dalamnya. Resolusi yang berat sebenarnya. Apalagi saat membuat resolusi tersebut saya tidak tahu bagaimana cara memulai untuk mewujudkannya. Que sera-sera.
Mengawali tahun dengan flat ternyata tidak membuat saya melewatinya dengan flat juga. Naik-turun, sedih-senang, puas-kecewa tetap menjadi dinamika yang mengiringi saya. Tuhan membuat banyak kejutan. Mulai dari kejutan yang membuat jantung copot hingga kejutan yang membuat saya tertawa hingga ingin menangis. Tak lupa juga Tuhan menyisipkan kejadian-kejadian manis yang membuat saya mencintaiNya lebih lagi.
Di 2015, saya seolah diajak untuk mengenal Tuhan yang romantis. Tuhan yang penuh cinta. Dari awal tahun hingga akhir tahun saya berulang kali ditunjukkan hal-hal yang membuat saya terpesona. Saya merasa seperti pasangan yang sering mendapat kejutan meski bukan hari spesial, seperti pasangan yang dijaga dengan sangat apik.
Berulang kali saya menyakiti hatiNya dan berusaha jalan sendiri. Berulang kali saya melupakanNya tanpa saya sadari. Berulang kali pula Ia mengampuni. Berulang kali juga Ia mengingatkan dan membawa saya kembali.
Ada masa dimana Ia tak ada di urutan prioritas baik di kepala maupun di hati saya. Ada masa dimana saya melakukan banyak hal seolah untuk Dia, namun tidak melibatkan Dia dengan sungguh. Ada masa dimana saya jenuh dengan semuanya dan mulai menyalahkan keadaan. Ada masa dimana saya frustasi dan mulai memikirkan diri sendiri. Ada masa dimana saya kebingungan dan tidak tahu apa yang harus diperbuat. Namun di setiap masa itu, Ia hadir. Ia mengerti. Ia tetap setia. Di saat saya fokus pada ke'aku'an saya, di saat saya mulai melenceng dari apa yang seharusnya. Dia tidak menyerah pada saya. Saya ditunjukkan bahwa Ia mengasihi saya dengan sangat. How can I'm not love Him more?
Setelah mengalami banyak hal yang menakjubkan, ternyata Tuhan masih ingin memberikan suprise akhir tahun melalui tawaran ikut camp di SAAT Malang(akan ada tulisan khusus tentang ini di lain kesempatan). Setelah melewati pergumulan yang cukup membuat jantung berolahraga, saya menerima tawaran tersebut dan berangkat dengan segala ketidaktahuan dan hati yang penuh tanda tanya, apa sebenarnya yang akan Tuhan nyatakan? Sehingga sebegitu detilnya Tuhan terlibat atas rencana ikut camp ini. Ternyata melalui camp ini, saya diajak Tuhan untuk mengevaluasi kembali hari-hari yang telah saya lewati, hal-hal yang telah saya lakukan. Saya dibimbing untuk merenungi, apakah yang saya lakukan selama ini telah berkenan di hadapan Tuhan? Atau ternyata hanya sebuah kesia-siaan belaka? Hasil perenungan beberapa malam ini sangat menegur saya, 2015 saya lewati dengan penuh anugerah, namun tidak saya jalani dengan maksimal. Dia telah dengan sangat setia menyertai dan menolong saya, namun saya tidak berbuat banyak untukNya. Dia selalu ada untuk saya, namun saya jarang menyiapkan waktu khusus untuknya. Ada beberapa kerinduan Tuhan yang seharusnya bisa lebih cepat saya jawab dan lakukan. Ada waktu-waktu yang saya buang dengan percuma. Ada banyak kegiatan yang useless saya lakukan. Di 2016, saya memiliki kerinduan untuk mengurangi apa yang sia-sia, saya ingin masa muda yang telah Tuhan anugerahkan ini saya isi dengan lebih banyak menjadi berkat bagi sekitar dengan tetap mengandalkan Tuhan. Semoga kerinduan itu tetap ada dan tidak hanya sekedar menjadi semoga. Semoga. Mari saling mendoakan.
Happy new year!