Selasa, 01 Maret 2016

Indah pada waktuNya




... Semua akan menjadi indah pada waktunya,,,

Berapa banyak dari kita yang membayangkan sebuah ending yang bahagia saat mengatakan segala sesuatu akan jadi indah pada waktunya? Seolah indah hanya berada di bagian akhir dari sebuah kisah. Saya dulu juga begitu, ungkapan indah pada waktunya selalu saya gumamkan saat saya sedang mengalami persoalan berat atau sedang dirundung kesedihan. Sebuah kalimat yang sangat ampuh menghibur diri bahwa kesedihan ini akan berakhir, beban ini akan mampu dilewati, dan sebagainya. Saya mengharapkan akhir yang indah. Tidak ada yang salah akan hal ini. Hingga sebuah sharing dari seorang teman baik yang baru mengikuti sebuah seminar menyadarkan saya. Indah pada waktuNya memiliki makna yang jauh lebih dalam dari pada sebuah akhir yang indah. Indah pada waktunya tidak sekadar membahas hasil akhir. Indah pada waktunya tidak sekadar berkutat pada selesainya sebuah momen. Indah pada waktunya lebih indah dari itu. Indah pada waktuNya memiliki makna semuanya tepat pada waktunya, bukan cuma akhir yang bahagia tetapi juga proses yang kita lalui dengan tepat.  Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari.

Teman saya bercerita bahwa hidup kita dibentuk oleh Tuhan secara keseluruhan. Tidak selalu datar, namun pasti setiap bagian ditentukan dengan tepat. Ibarat sebuah lagu yang indah, tidak semuanya bernada sama, ada not yang bermacam-macam dipadupadankan. Di dalam sebuah lagu ada banyak bar. Seperti hidup kita, ada tiap babak yang up and down. Namun akhir dari bar tersebut belum tentu merupakan akhir dari lagu. Akhir dari babak yang penuh kesedihan bukan berarti merupakan akhir dari kehidupan, ketika mengalami suka cita melimpah juga bukan berarti itu akhir kisah kita. Ada visi yang jauh lebih besar bagi kita untuk melanjutkan melodi hingga selesai. Saya ambil contoh lagu indah yang baru dipelajari di koor gereja yang berjudul “siapa menyalibkanNya -Who Crucified My Lord by Ralph R. Belcher” Lagu ini diawali dengan lembut dan sangat pelan di nada-nada rendah, kemudian di tengah lagu tiba-tiba semua nada berubah menjadi tinggi dan harus dinyanyikan dengan forte, keras, tegas dan lantang, di bagian akhir kembali dinyanyikan dengan sangat lembut dengan nada rendah. Secara keseluruhan lagu ini sangat indah. Namun apa yang terjadi jika yang dinyanyikan hanya sepotong di bagian forte atau piano saja? Lagu ini hanya akan menjadi untaian baris yang aneh dan tanggung. Up and down nada justru menjadikan lagu ini indah secara menyeluruh hingga not terakhir. Begitu juga dengan hidup kita, Tuhan yang jadi dwelling place kita. Tiap nada dalam kehidupan kita dibunyikannya dengan tepat pada waktuNya.

Sedih, senang, tawa, duka, susah, berjuang, lancar, dll tepat pada waktunya. Itu yang namanya bahagia. Seperti yang diungkapkan di atas, indah pada waktunya artinya semua tepat pada waktunya. Bukan cuma akhir bahagia saja, tetapi ketika kita sedih dan itu tepat pada waktunya, itu indah. Ketika kita bahagia di saat yang tepat, itu indah. Nada yang tinggi tidak akan indah jika tidak dibunyikan tepat pada waktunya, nada yang rendah tidak akan indah jika dibunyikan pada saat yang salah. Sukacita kita tidak menjadi hal yang indah jika hal yang menggembirakan datang disaat yang tidak tepat, bahagia kita tidak akan dikenang jika momen indah muncul di waktu yang salah. Hal inilah yang membuat kita menghargai proses kehidupan. Memaknai setiap apa yang terjadi sebagai kehendak Tuhan yang ingin menjadikan kita indah. Menghargai saat-saat duka, menikmati saat-saat suka. Menjalani segala sesuatu dengan tepat seturut kehendakNya, indah pada waktuNya.

Untuk segala sesuatu ada waktunya (Pkh 3: 1-11)
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, 
ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;
ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; 
ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun;
ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; 
ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;
ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; 
ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk;
ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; 
ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang;
ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; 
ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;
ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; 
ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.
Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah?
Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya.
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.

A Time for Everything (Ecclesiastes 3:1-11, NIV)

There is a time for everything, and a season for every activity under the heavens:
    a time to be born and a time to die,
    a time to plant and a time to uproot,
    a time to kill and a time to heal,
    a time to tear down and a time to build,
    a time to weep and a time to laugh,
    a time to mourn and a time to dance,
    a time to scatter stones and a time to gather them,
    a time to embrace and a time to refrain from embracing,
    a time to search and a time to give up,
    a time to keep and a time to throw away,
    a time to tear and a time to mend,
    a time to be silent and a time to speak,
    a time to love and a time to hate,
    a time for war and a time for peace.
What do workers gain from their toil? 10 I have seen the burden God has laid on the human race. 11 He has made everything beautiful in its time. He has also set eternity in the human heart; yet[a] no one can fathom what God has done from beginning to end.

 

Tempat Mengungkap yang Tak Terucap Template by Ipietoon Cute Blog Design