I got what I need when I got you and I
Look around me and see a sweet life
I stuck in the dark
but you’re my flashlight
Gettin’ me gettin’ me
through the night...
Beberapa hari lalu saya baru saja
menghadiri HUT Komisi Pemuda GKPJ yang ke 21. Tema yang diusung adalah
“Flashlight. Be The Light”. Saat membaca tema ini di selebaran publikasi
pertama kali, yang terlintas di kepala saya adalah penggalan lagu Jessie J yang
juga jadi soundtrack film Pitch Perfect 2
di atas yang berjudul sama: Flashlight. Judul yang menarik untuk
dibahas.
Flashlight jika diterjemahkan bisa
berarti senter. Salah satu benda penerang yang biasa digunakan saat kita berada
di tempat gelap. Sewaktu kecil, saya sangat takut gelap, sehingga ketika
terjadi pemadaman lampu di malam hari, saya nyaris tidak berani beranjak dari
kamar. Saya tidak suka gelap. Saya merasa kehilangan keseimbangan saat berada
di tempat gelap. Gelap membuat saya sulit melihat sekitar sehingga saya menjadi
kurang awas dan bisa saja jadi celaka. Banyak hal mengerikan yang bisa
saja menghampiri saya di dalam gelap
tanpa saya ketahui. Saya sering menangis jika lampu tiba-tiba padam. Papa saya
akhirnya memberikan saya sebuah senter yang diletakkan di dekat tempat tidur
sehingga bisa saya gunakan saat gelap. Sejak ada senter, saya tidak takut gelap
lagi, ketika lampu padam, saya segera menyalakan senter. Ketika hendak keluar
kamar, saya menggunakan senter untuk menerangi jalan saya. Kayak lagu di atas,
when I stuck in the dark I use my flashlight. Gettin’ me through the night.
Okay, back to laptop...
Firman Tuhan yang dibawakan oleh
Pdt. John Parengkwang di HUT Komisi Pemuda GKPJ lalu didasari dari Yoh 1:5-9
dimana kita diarahkan untuk menjadi terang. Kenapa? Karena terang selalu
dibutuhkan di tempat gelap. Terang mampu memberi petunjuk. Nah, kita baru bisa
menjadi terang ketika kita sudah menerima cahaya terlebih dahulu. Seperti
senter tadi, dia tidak akan mampu mengeluarkan cahaya jika ia tidak diberi energi
terlebih dahulu, lilin tidak akan mampu bersinar jika ia tidak dinyalakan
terlebih dahulu. Namun setelah lilin diberi api, seketika itu juga ia mampu
menyinari sekitarnya. Tidak perlu menunggu waktu lama untuk lilin atau senter
tsb menerangi sekitarnya. Begitu juga dengan kita, kita baru bisa menjadi
terang apabila kita telah menerima terang tersebut. Jika kita sudah di dalam
terang, maka tidak perlu menunggu waktu lama untuk kita mampu berdampak bagi
sekitar. Terang itu akan bercahaya dengan sendirinya melalui kita. Pdt. John
juga mengajak kita untuk tidak menjadi eksklusif dan hanya berkumpul dengan
sesama terang. Seharusnya terang tidak menyembunyikan diri. Saya sangat setuju
dengan statement ini. Lilin tidak akan berguna banyak jika dinyalakan di siang
hari. Senter tidak akan terlihat cahayanya jika dinyalakan di tempat yang
terang benderang. Demikian pula dengan keberadaan kita. Menjadi anak-anak Tuhan
bukan berarti kita harus menjadi eksklusif dengan sesama ‘anak Tuhan’ dan
menolak untuk bergaul dengan lingkungan. Bukan berarti kita arus memisahkan
diri dengan dunia. Bukan itu yang Tuhan harapkan. Tuhan menginginkan kita untuk
menjadi garam dan terang bagi sekitar. Apa gunanya garam jika ia tidak bisa
memberi rasa asin? Apa gunanya terang
jika disembunyikan? Tidak ada. Apakah kita mau menjadi anak Tuhan yang tidak
berguna? Saya rasa tidak. Oleh karena itulah kita juga sebaiknya membaur dengan
sekitar. Menjadi ‘product sample’ yang baik yang bisa dilihat dan dirasakan
banyak orang. Menjadi terang di tengah kegelapan. Terang yang memberikan
harapan kepada sekitar. Terang yang bisa menunjukkan bahwa kasih masih ada
dalam dunia. Terang yang membawa harapan bahwa orang jujur itu masih ada,
kebaikan itu masih nyata, dsb. Jika bukan kita yang memulai revolusi tersebut
di tengah dunia yang sedang sakit ini, siapa lagi? Saya pernah membaca quote
dari Pak Anies Baswedan yang mungkin
relate dengan tema ini: “orang-orang baik tumbang bukan hanya karena banyaknya
orang jahat, tetapi karena banyaknya orang-orang baik yang diam dan
mendiamkan.” Nah, jangan sampai hal ini terjadi di sekitar kita. Jadilah orang
baik yang ikut turun tangan menebarkan kebaikan dan berbagi kasih. Jadilah
terang di dalam kegelapan.
Berarti kita tidak perlu bersekutu dengan sesama anak
Tuhan? Katanya harus membaur dengan lingkungan? Nope. Persekutuan tetap menjadi
hal yang sangat penting. Karena dengan begitu kita bisa tetap dalam relnya
Tuhan. Persekutuan dengan sesama membuat kita tetap kuat dalam menghadapi arus
dunia. Mencegah kita untuk terbawa arus itu sendiri. Persekutuan dan
pembelajaran mengenai Firman Tuhan membuat kita semakin bertumbuh dalam
pengenalan akan Tuhan, sehingga membuat kita semakin mengerti kehendak Tuhan.
Bagaimanapun juga kita adalah manusia yang memiliki kecenderungan untuk berbuat
dosa. Roh memang penurut, tetapi daging lemah, bukan? Kita tetap membutuhkan
partner untuk saling mengingatkan, untuk saling menopang, dan saling membangun
dalam Tuhan. Dimana kita mendapatkan rekan yang seperti itu? Salah satunya
melalui persekutuan dan komunitas anak-anak Tuhan.
Melalui tulisan ini ada dua poin
yang ingin saya utarakan. Pertama, saya ingin mengajak setiap kita untuk mulai
bergerak, mulai memperhatikan sekitar, mulai aware dengan kondisi yang ada.
Mulai melakukan perubahan, mulai dari diri sendiri, keluarga, dan sekitar.
Jangan menjadi apatis karena banyak kekecewaan yang muncul akibat hal buruk
yang pernah kita alami. Ketahuilah bahwa orang-orang yang menyakiti orang lain
itu adalah orang-orang yang paling butuh pertolongan. Jangan menjadi eksklusif
karena menganggap orang yang salah itu adalah orang yang perlu dihindari.
Jangan sampai kita menjadi orang yang egois karena hanya ingin menikmati berkat
sendirian. Jika kamu telah menikmati betapa indah kasih Tuhan atas hidupmu,
mengapa tidak kau bagikan ke yang lain? Tidakkah kalian menginginkan orang lain
juga merasakan kasih yang sama? Mulailah bergerak. Mulailah menjadi terang yang
dibutuhkan. World needs light. World needs you.
Kedua, tetaplah bersekutu dan
berkomunitas, karena seperti yang saya ungkapkan sebelumnya, persekutuan akan
menjaga kita agar tidak terjerumus dalam kegelapan. Coba telisik kembali,
sudahkah kita aktif bersekutu dengan rekan seiman? Sejauh mana hubungan pribadi
kita dengan Tuhan? Ingat, kita tidak akan bisa menjadi terang jika kita tidak
menerima terang itu sendiri. Ibarat senter, kita juga butuh dicharge atau
diganti baterenya secara berkala agar tetap menyinari dengan maksimal. Imbangi
hidupmu. Bagaimanapun juga kita tetap membutuhkan pertolongan Tuhan dalam
menjalani setiap aspek kehidupan. Jangan sampai tersesat. Jangan sampai lengah.
Jangan sampai undur dariNya. Find your mate. Find your partner in God. They
will help you to face the world. They will show you that you’ll never walk
alone. They’ll keep your spirit on. Trust me. So, are you ready to shine?
Foto Bersama peserta, panitia, pengurus komisi Pemuda, hamba Tuhan dan majelis di perayaan HUT Komisi Pemuda GKPJ ke 21. photo credit: Satina |