Halo, Pa, akhirnya lewat juga ya tanggal 17, sekarang sedang
berjuang melewati tanggal 23. Hehehehe. Sometimes I wonder why life’s too hard
for you, for us, but then I realized that all that things make us stronger.
Make our faith stronger. Dari masalah-masalah yang datang, papa sudah mengajari
cece (langsung atau tidak langsung) bahwa semuanya akan baik-baik saja karena
Tuhan ada bersama kita. Mindset yang begitu terinternalisasi dalam diri papa
hingga cece malu jika terlintas niat untuk menyerah.Papa tidak pernah mengajari
kami menyerah, papa membuat kami belajar berserah. Kata dasar yang sama namun
memiliki makna yang jauh berbeda. Tidak, papa tidak mengajari cece dengan
kumpulan kata mutiara mengenai hal itu. Papa mengajari dengan contoh. Betapa bahagianya
melihat hal itu jika membandingkan papa dengan sosok belasan tahun lalu. Orang yang
sama, hati yang berbeda. Kehadiran papa membuat cece bersyukur karena diberi
kesempatan untuk mendapatkan papa sang superhero. Kesempatan yang tidak dimiliki
semua orang. Kita tidak hidup bergelimang harta, namun keseharian kita dipenuhi
rasa syukur. Kita tidak berjalan di atas permadani, kita berjalan di tanah
berbatu nan berduri, namun kita tidak pernah terjatuh dan tersisih. “Karena
kita dijaga” Itu yang papa ingatkan ke kami ketika kami lupa.
Beberapa pertemuan terakhir membuat cece merasa semakin bersyukur
dilahirkan di tengah keluarga kita. Cece akhirnya bisa mengungkapkan mimpi
cece, mengungkapkan apa yang menjadi passion cece ke papa dan mama. Papa mama
mengomentari dan membahas banyak hal tentang kita. Betapa hangatnya obrolan
kita bertiga kemarin. Hehehe, telat, ya? Itu lebih baik terlambat dari tidak
sama sekali. Cece merasakan aura bahagia yang kalian pancarkan saat cece menceritakan
banyak hal. Sesuatu yang jarang cece lakukan saat kita berkumpul. Di akhir
cerita kita sama-sama menyimpulkan bahwa Tuhan sangat baik. Apa yang lebih
membahagiakan dari hal itu?
Cece teringat saat papa meminta diajari menggunakan Whatsapp
supaya bisa berkomunikasi dan saling bertukar info lewat foto (termasuk foto
cucu pertama kesayangan). Agak sulit memang menjelaskan hingga papa mengerti,
namun itu tidak ada artinya dibanding kesulitan papa dulu mengajari cece
menulis dan membaca. Cece masih ingat cara papa mengajari menulis huruf f kecil
yang merupakan huruf tersulit yang cece
tiru dengan mengibaratkan sebagai kail pancing, hahahaa. Belum lagi cece yang
bersikeras kalau Z dan 2 itu tidak boleh berbentuk sama supaya tidak salah baca
(padahal memang tulisan cece yang seperti cakar ayam). Pemikiran anak 5 tahun
yang sok tahu. Hahaha. Papa saat itu keren sekali, bukannya marah, malah menambahkan
garis di tengah angka 2 supaya bisa membuat 2 dan Z terlihat berbeda (jadi Z) hanya untuk menyenangkan
hati anak 5 tahun yang keras kepala. Sebenarnya cece heran dengan anak-anak
lain yang enggan mengajari orang tua mereka tentang teknologi karena lelet,
gaptek dll. Apakah mereka lupa siapa yang mengajari mereka berjalan? Siapa yang
mengajari mereka memegang sendok? Entahlah, biarlah itu menjadi pergumulan
mereka. Semoga siapapun yang membaca surat ini bisa sedikit tersentil, ya, pa.
Semoga mereka jadi semakin sayang dengan orang tuanya, sama seperti cece sayang
papa. :)
Saat ini, jika cece mendapat pilihan untuk dilahirkan
kembali di keluarga yang cece suka, cece akan tetap meminta untuk dilahirkan
sebagai anak papa dan mama. Tanpa kalian cece tidak akan menjadi seperti
sekarang ini. Tanpa perjuangan dan doa papa mama, cece tidak akan bertahan dan
bertumbuh sejauh ini. Semoga cece dapat menjadi anak yang membanggakan papa
mama. Semoga cece bisa membuat papa mama merasa kalau perjuangan kalian
membesarkan seorang Lia tidak sia-sia.
Anakmu yang bahagia,
Cece