Jumat, 19 Februari 2016

Untuk Papa



Halo, Pa, akhirnya lewat juga ya tanggal 17, sekarang sedang berjuang melewati tanggal 23. Hehehehe. Sometimes I wonder why life’s too hard for you, for us, but then I realized that all that things make us stronger. Make our faith stronger. Dari masalah-masalah yang datang, papa sudah mengajari cece (langsung atau tidak langsung) bahwa semuanya akan baik-baik saja karena Tuhan ada bersama kita. Mindset yang begitu terinternalisasi dalam diri papa hingga cece malu jika terlintas niat untuk menyerah.Papa tidak pernah mengajari kami menyerah, papa membuat kami belajar berserah. Kata dasar yang sama namun memiliki makna yang jauh berbeda. Tidak, papa tidak mengajari cece dengan kumpulan kata mutiara mengenai hal itu. Papa mengajari dengan contoh. Betapa bahagianya melihat hal itu jika membandingkan papa dengan sosok belasan tahun lalu. Orang yang sama, hati yang berbeda. Kehadiran papa membuat cece bersyukur karena diberi kesempatan untuk mendapatkan papa sang superhero. Kesempatan yang tidak dimiliki semua orang. Kita tidak hidup bergelimang harta, namun keseharian kita dipenuhi rasa syukur. Kita tidak berjalan di atas permadani, kita berjalan di tanah berbatu nan berduri, namun kita tidak pernah terjatuh dan tersisih. “Karena kita dijaga” Itu yang papa ingatkan ke kami ketika kami lupa.

Beberapa pertemuan terakhir membuat cece merasa semakin bersyukur dilahirkan di tengah keluarga kita. Cece akhirnya bisa mengungkapkan mimpi cece, mengungkapkan apa yang menjadi passion cece ke papa dan mama. Papa mama mengomentari dan membahas banyak hal tentang kita. Betapa hangatnya obrolan kita bertiga kemarin. Hehehe, telat, ya? Itu lebih baik terlambat dari tidak sama sekali. Cece merasakan aura bahagia yang kalian pancarkan saat cece menceritakan banyak hal. Sesuatu yang jarang cece lakukan saat kita berkumpul. Di akhir cerita kita sama-sama menyimpulkan bahwa Tuhan sangat baik. Apa yang lebih membahagiakan dari hal itu?

Cece teringat saat papa meminta diajari menggunakan Whatsapp supaya bisa berkomunikasi dan saling bertukar info lewat foto (termasuk foto cucu pertama kesayangan). Agak sulit memang menjelaskan hingga papa mengerti, namun itu tidak ada artinya dibanding kesulitan papa dulu mengajari cece menulis dan membaca. Cece masih ingat cara papa mengajari menulis huruf f kecil  yang merupakan huruf tersulit yang cece tiru dengan mengibaratkan sebagai kail pancing, hahahaa. Belum lagi cece yang bersikeras kalau Z dan 2 itu tidak boleh berbentuk sama supaya tidak salah baca (padahal memang tulisan cece yang seperti cakar ayam). Pemikiran anak 5 tahun yang sok tahu. Hahaha. Papa saat itu keren sekali, bukannya marah, malah menambahkan garis di tengah angka 2 supaya bisa membuat 2 dan Z terlihat berbeda (jadi Z) hanya untuk menyenangkan hati anak 5 tahun yang keras kepala. Sebenarnya cece heran dengan anak-anak lain yang enggan mengajari orang tua mereka tentang teknologi karena lelet, gaptek dll. Apakah mereka lupa siapa yang mengajari mereka berjalan? Siapa yang mengajari mereka memegang sendok? Entahlah, biarlah itu menjadi pergumulan mereka. Semoga siapapun yang membaca surat ini bisa sedikit tersentil, ya, pa. Semoga mereka jadi semakin sayang dengan orang tuanya, sama seperti cece sayang papa. :)
Saat ini, jika cece mendapat pilihan untuk dilahirkan kembali di keluarga yang cece suka, cece akan tetap meminta untuk dilahirkan sebagai anak papa dan mama. Tanpa kalian cece tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Tanpa perjuangan dan doa papa mama, cece tidak akan bertahan dan bertumbuh sejauh ini. Semoga cece dapat menjadi anak yang membanggakan papa mama. Semoga cece bisa membuat papa mama merasa kalau perjuangan kalian membesarkan seorang Lia tidak sia-sia.
I love you.


Anakmu yang bahagia,
Cece


 

Tempat Mengungkap yang Tak Terucap Template by Ipietoon Cute Blog Design