Minggu, 28 Februari 2016

Kak Kopi, Kang Pos yang Baik Hati

Halo Kak Kopi,

Pasti sepanjang hari Kak Kopi penasaran ya bakal dapat surat cinta seperti apa dan berapa banyak hari ini? Ciye ciye... Pasti surat ini juga menjadi salah satu yang ditunggu kan? (*lalu surat ini disensor karena jumawa tidak pada tempatnya). Hahaha. Tidak terasa ya kita sudah ada di (nyaris) penghujung tantangan #30HariMenulisSuratCinta (terasa, sih, cuma ini mendramatisir saja :p). Bagaimana rasanya, Kak? Menjadi kangpos sepanjang hari, membaca, dan mengantar surat-surat berisi berbagai macam emosi? Aku penasaran. Bisa tolong diceritakan pengalamannya? (alasan supaya surat ini dibalas, hahaha).

Oke, mari serius. Melalui surat ini aku ingin berterima kasih kepada kak Kopi yang telah sangat baik hati mau mengantarkan surat-suratku yang apa adanya itu. Membaca surat yang masuk mau tidak mau pasti menyita waktu, namun kak Kopi tetap melakukannya dan memberi komentar setiap selesai membaca satu surat. Baik sekali kang pos satu ini (atau memang sudah dibriefing seperti itu, ya? Hahaha). Terima kasih juga karena beberapa suratku masuk dalam daftar yang terpilih untuk diantar oleh Bosse. Itu artinya kak Kopi menyukai suratku. Aku senang sekali. Aku berharap surat-suratku mampu menyentuh pembacanya dengan caranya sendiri. Aku juga meminta maaf karena tidak bisa menulis surat setiap hari selama mengikuti tantangan, bukan karena aku malas, hanya saja waktuku banyak tersita pelbagai kegiatan akhir-akhir ini, dan di malam hari mataku sudah terlalu lelah untuk terjaga menulis surat.Tetapi aku tetap menulis, kok, kak, percayalah. Aku menulis artikel untuk dipublikasikan di kantor, menulis prosa untuk ditampilkan di kegiatan keagamaan, aku tetap menulis meski tidak berbentuk surat. Aku tetap produktif merangkai aksara :D. Bagaimanapun juga, maaf dan terima kasih, kak Kopi. Semoga di lain kesempatan kita bisa bertemu kembali lewat tantangan maupun tulisan, ya, kak. Sampaikan salamku kepada Bosse yang telah dengan sangat baiknya menciptakan tantangan ini sehingga aku bisa berlatih menulis dan mendapat bonus dengan mendapat teman baru.

Selamat mengantar surat, kak Kopi, tetaplah menjadi Kang pos yang baik hati J.

Ps: dari awal aku penasaran, kenapa usernamemu @anakkopi? Apakah itu berarti kau sangat menyukai kopi? Bisakah aku analogikan namamu dengan anak sevel, karena mereka rajin di sevel? Hahahaha. Ups, maaf.

Regards,
@friskil



Jumat, 19 Februari 2016

Untuk Papa



Halo, Pa, akhirnya lewat juga ya tanggal 17, sekarang sedang berjuang melewati tanggal 23. Hehehehe. Sometimes I wonder why life’s too hard for you, for us, but then I realized that all that things make us stronger. Make our faith stronger. Dari masalah-masalah yang datang, papa sudah mengajari cece (langsung atau tidak langsung) bahwa semuanya akan baik-baik saja karena Tuhan ada bersama kita. Mindset yang begitu terinternalisasi dalam diri papa hingga cece malu jika terlintas niat untuk menyerah.Papa tidak pernah mengajari kami menyerah, papa membuat kami belajar berserah. Kata dasar yang sama namun memiliki makna yang jauh berbeda. Tidak, papa tidak mengajari cece dengan kumpulan kata mutiara mengenai hal itu. Papa mengajari dengan contoh. Betapa bahagianya melihat hal itu jika membandingkan papa dengan sosok belasan tahun lalu. Orang yang sama, hati yang berbeda. Kehadiran papa membuat cece bersyukur karena diberi kesempatan untuk mendapatkan papa sang superhero. Kesempatan yang tidak dimiliki semua orang. Kita tidak hidup bergelimang harta, namun keseharian kita dipenuhi rasa syukur. Kita tidak berjalan di atas permadani, kita berjalan di tanah berbatu nan berduri, namun kita tidak pernah terjatuh dan tersisih. “Karena kita dijaga” Itu yang papa ingatkan ke kami ketika kami lupa.

Beberapa pertemuan terakhir membuat cece merasa semakin bersyukur dilahirkan di tengah keluarga kita. Cece akhirnya bisa mengungkapkan mimpi cece, mengungkapkan apa yang menjadi passion cece ke papa dan mama. Papa mama mengomentari dan membahas banyak hal tentang kita. Betapa hangatnya obrolan kita bertiga kemarin. Hehehe, telat, ya? Itu lebih baik terlambat dari tidak sama sekali. Cece merasakan aura bahagia yang kalian pancarkan saat cece menceritakan banyak hal. Sesuatu yang jarang cece lakukan saat kita berkumpul. Di akhir cerita kita sama-sama menyimpulkan bahwa Tuhan sangat baik. Apa yang lebih membahagiakan dari hal itu?

Cece teringat saat papa meminta diajari menggunakan Whatsapp supaya bisa berkomunikasi dan saling bertukar info lewat foto (termasuk foto cucu pertama kesayangan). Agak sulit memang menjelaskan hingga papa mengerti, namun itu tidak ada artinya dibanding kesulitan papa dulu mengajari cece menulis dan membaca. Cece masih ingat cara papa mengajari menulis huruf f kecil  yang merupakan huruf tersulit yang cece tiru dengan mengibaratkan sebagai kail pancing, hahahaa. Belum lagi cece yang bersikeras kalau Z dan 2 itu tidak boleh berbentuk sama supaya tidak salah baca (padahal memang tulisan cece yang seperti cakar ayam). Pemikiran anak 5 tahun yang sok tahu. Hahaha. Papa saat itu keren sekali, bukannya marah, malah menambahkan garis di tengah angka 2 supaya bisa membuat 2 dan Z terlihat berbeda (jadi Z) hanya untuk menyenangkan hati anak 5 tahun yang keras kepala. Sebenarnya cece heran dengan anak-anak lain yang enggan mengajari orang tua mereka tentang teknologi karena lelet, gaptek dll. Apakah mereka lupa siapa yang mengajari mereka berjalan? Siapa yang mengajari mereka memegang sendok? Entahlah, biarlah itu menjadi pergumulan mereka. Semoga siapapun yang membaca surat ini bisa sedikit tersentil, ya, pa. Semoga mereka jadi semakin sayang dengan orang tuanya, sama seperti cece sayang papa. :)
Saat ini, jika cece mendapat pilihan untuk dilahirkan kembali di keluarga yang cece suka, cece akan tetap meminta untuk dilahirkan sebagai anak papa dan mama. Tanpa kalian cece tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Tanpa perjuangan dan doa papa mama, cece tidak akan bertahan dan bertumbuh sejauh ini. Semoga cece dapat menjadi anak yang membanggakan papa mama. Semoga cece bisa membuat papa mama merasa kalau perjuangan kalian membesarkan seorang Lia tidak sia-sia.
I love you.


Anakmu yang bahagia,
Cece


Sabtu, 13 Februari 2016

Katalisator Semangat


Surat ini sengaja ditujukan kepada sahabat yang kesetiaannya telah teruji ruang dan waktu. Sahabat yang disengaja atau tidak selalu hadir di saat yang tepat saat penulis membutuhkannya meski tanpa diminta. Sahabat yang menamakan dirinya sebagai dokter cinta karena sering jadi tempat curahan hati penulis galau yang sekarang semakin jarang curhat tentang cinta karena memang sedang fokus menjalani apa yang disebutnya ‘panggilan’ untuk ‘ikut berperang’ (maaf ya, pasiennya udah mulai bisa terapi sendiri hahaha). Sahabat yang selalu mendorong dari belakang di saat penulis tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup untuk memulai suatu hal baru. Sahabat yang tetap percaya pada penulis saat yang lain tidak percaya padanya termasuk dirinya sendiri. Sahabat yang pernah penulis sebut sebagai guardian angel. Tidak selalu terlihat dan terasa keberadaannya (bahkan sering menghilang tanpa bekas), tapi sering dikirim Tuhan untuk melindungi penulis dari banyak hal yang akan melukai. Sahabat yang ikut berjuang dengan sangat keras untuk membua penulis bangkit dari keterpurukan terkelam dalam hidupnya. Sahabat yang menjadi bagian dari kisah perubahan hidup penulis yang nyaris 180 derajat. Sahabat yang ikut menguatkan penulis untuk tetap menulis. Sahabat yang sampai sekarang masih jadi jojoba (ups). Sahabat yang kasihnya terhadap orang lain sangat tulus meski sering dianggap modus (dasar gemini :p). Sahabat yang berani menegur dengan bijak saat penulis melenceng dari tujuan awal. Sahabat yang mampu menghibur dengan caranya sendiri (baca: aneh). Sahabat yang mampu mencerahkan kehidupan penulis dan orang lain di sekitarnya. Sahabat yang udahlah ya.. nanti orangnya kegeeran x)). Sahabat yang penulis juluki sebagai katalisator semangat.

Hai,
Dimana sekarang? Sudah punya acara untuk valentine besok? Itu pertanyaan retoris, sih. Hahahahahaahahaha. Maaf aku tertawa terlalu berlebihan. Surat ini sengaja ditulis untuk hari ini supaya besok kamu ga terlalu sedih. Kurang baik apa kakak, dek? :p. Minimal bisa dibaca ulanglah surat cintanya sesuai request (ciyee). Surat ini berjudul katalisator semangat, julukan terbaru untukmu. Kenapa? Karena itulah yang kamu lakukan. Jadi katalisator agar semangat orang-orang lebih cepat terproses. Sebenarnya aku ingin menjelaskan proses katalisasi disini, namun aku takut orang mengira ini blog sains dan jadi ga mau buka tulisan lain, kan sayang, ngurangin pengunjung. Hahahaha. Surat ini ditulis sebagai ucapan terima kasih atas apa yang telah kamu perbuat untukku, dan untuk orang lain di sekitarmu. Aku tahu, tidak hanya aku yang merasa diberkati setiap berbincang denganmu, dan itu bagus adanya. You did your task well. Menjadi garam. Berdampak. Mungkin isi surat ini tidak akan sepanjang prolognya, tapi itu tidak mengurangi esensi ucapan terima kasih dari penulis untukmu. Banyak hal yang aku pelajari sejak kita berteman bertahun lalu. Aku mensyukuri semuanya. Meski kadang reaksimu sangat aneh dan jauh dari harapan saat kita berbincang, namun tetap saja hal itu mengundang tawa saat diingat kembali sekarang. Terima kasih telah membuat aku percaya bahwa mimpiku bisa diraih. Terima kasih telah bereaksi dengan sangat tepat saat aku serius membahas hal yang mungkin orang lain anggap: lebay. Terima kasih telah mau menjadi pendengar dan teman berdebat yang baik meski kita jarang saling menyapa. Aku tidak tahu apa yang terjadi jika dulu aku mengungkapkan mimpiku pada orang yang salah. Mungkin aku tidak menjadi seperti sekarang. I owe you for that. Fungsimu sebagai katalisator menjadi salah satu yang menyebabkan aku menjadi seperti hari ini. I thank my God in every remembrance of you. Seriously. Tetaplah menjadi katalisator semangat, ya. You’ll never know what will happen later. Bisa jadi saat ini ada orang-orang lain seperti Lia beberapa tahun silam yang membutuhkanmu. If you still like this, maybe you can change their life too. Who knows? You’re talented, bro. Use your talent more and more so that your life can bless many others. Never change except it for goodness. Keep your spirit up. I’m here to back you up. Someday we should meet to re-tell what God did in our life. So in the end we re-knowing that God is good, God is great, and God loves us. Happy valentine!


salah satu masterpiece x))
regards




Selasa, 09 Februari 2016

Apa Kabar, Pah?

Halo, Pah, apa kabar? Bahagiakah disana? Tidak terasa ya sudah hitungan tahun papah pergi meninggalkan kami, meninggalkan All Stars. Rasanya masih jelas diingatan waktu papah masih di sekitar kami, mengambil peran sebagai yang dituakan (karena memang paling tua) dan sekaligus menjadi emak kami (cerewet banget, sih) hahaha.

Aku masih ingat papah yang ngomel-ngomel waktu aku masuk rumah sakit karena dyspepsia. Tetapi papah juga yang aturin jadwal anak-anak all stars untuk jaga malam. Ngomelin suster karena kasih makan pagi dengan buah jeruk yang menurut papah rasanya asam. Tetapi ketika datang ke RS sudah bawa pisang sebagai buah pengganti. Hihihi. Papah juga ngomel waktu Ojik malas-malasan kerja dan sering terlambat. Aku juga ingat waktu papah marahin Iin dengan begitu pedasnya sampai-sampai ia syok. Tapi dibalik itu kami tahu, papah begitu karena sayang kami. Itu salah satu bentuk perhatian dari papah Nanang. Perhatian kepada kami yan sudah kau anggap sebagai keluarga, meski tidak sedarah.

Papah masih ingat dulu kalian sengaja pakai seragam putih saat datang ke acara syukuran rumahku?Kita tidak seagama, namun papah mengajak all stars untuk menjadi panitia syukuran rumah, hahahaha. Lucu sekali. Papaku yang sulit percaya orang lain itu sampai tidak bisa move on dari kalian. Setiap datang selalu bertanya mana temen-temenmu ce? Semua disebutkan satu per satu. Sayangnya saat ini kami sudah memiliki kesibukan masing-masing, pah. Sangat jarang bertemu. Tapi kami masih ingat sama papah, kok :’)

Oh, ya. Aku juga ingat dulu nyaris setiap minggu papah datang ke rumah lengkap dengan belanjaaan dari pasar handil berisi ikan seluang dan cabai untuk bikin sambal terasi. Sambal terenak keahlian papah. Terutama ketika kami lagi kere. Hahaha. Papah sangat mengerti anak-anaknya. Kegiatan makan bersama jadi kegiatan rutin kita para all stars. Saat sama-sama ga ada uang, kita beli nasi putih dan cari ayam krispi pinggir jalan dengan mengumpulkan uang seribuan. Lumayan untuk menyambung hidup sebelum gajian. Hahahaaha. Aku juga ingat betapa impulsifnya kita ketika baru gajian, tiba-tiba patungan untuk jalan-jalan ataupun hang out. Dari nobar sampai piknik. hahaha. Ringan sama dijinjing berat sama dipikul. Peribahasa yang cocok untuk kita dulu.

Papah dulu sangat moody dan cranky. Sering ngambek sendiri baikan sendiri. Kami maklum. Meski kadang ikutan gondok. Kalau sudah begitu tidak ada satupun dari kami yang mau bersinggungan dengan papah, jahat yah. Hahahaha. Kadang kami bingung, lebih baik panggil mas Anang dengan sebutan papah atau mamah, riwehnya udah mirip emak-emak pokoknya. Hehehe. Banyak sekali kegiatan yang kita ciptakan bersama, sampai kita jadi icon di cabang. Kumpulan orang dari berbagai latar belakang dan berbagai prinsip berkumpul di All Stars. Ah, aku rindu.

Papah juga dulu orangnya jahil, menggunakan namaku untuk menaikkan pamor di kantor. Sebagai orang yang nama baiknya tercemar aku seharusnya mengajukan tuntutan, nih. Bikin pasaran turun saja. Mba Derith yang nanti jadi saksinya. Hahaha. Aku masih ingat taraf jahil tertinggi papah yaitu ngerjain ibu sendiri. Ibu siapa yang ga jantungan waktu dengar anaknya ngaku punya pacar orang etnis Tionghoa yang beda agama? Hahahaha. Jahat, ih. Papah seharusnya kalau bohong yang kira-kira, dong. Papah kan bukan tipeku. Aku juga ga mau kelesss. x)))

Namun dibalik sikap tegar, jahil, dan ceriwisnya papah, aku pernah melihat sisi lain papah yang jarang ditunjukkan ke orang lain. Sisi rapuh seorang Anang. Aku tidak menyangka bisa melihat papah menangis waktu akhirnya bercerita kepadaku tentang kepindahanmu ke Bandung. Terlalu berat sepertinya bagimu untuk terpisah dari kami. Aku tidak menyangka saat itu adalah pertama dan terakhir kalinya aku melihatmu menangis. Di hari perpisahanmu, kita benar-benar bersenang-senang. Makan bersama yang ternyata untuk terakhir kalinya. Foto bersama yang ternyata terakhir untuk selamanya.

Aku, Bang Ge, Oji, Mba In, Mba Der, Kak Dep dan yang lain benar-benar syok mendengar kabar itu. Papah bahkan tidak mengeluh apapun selama bersama kami. Semua terlalu tiba-tiba. Sore hari kami mendengar kabarmu sakit, malam hari kami mendengar papah sudah tiada. Saat itu, di tempat kami masing-masing, kami menangis dalam diam. Mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Mencoba menyadari bahwa kami tidak sedang bermimpi. Papah telah pergi.

Melalui surat ini aku hanya ingin mengenang kembali bahwa kami pernah memiliki sahabat seperti papah. Sahabat yang memiliki keunikannya sendiri. Sahabat yang memiliki ketulusan hati. Aku masih menyimpan jaket yang papah titip, btw. Aku pakai sebagai kenang-kenangan yah. We miss you, papah.






Dek Lia

All Stars in Action

Minggu, 07 Februari 2016

Surat Dari Seorang Penggemar


Kepada: Alexander Thian

Hai, Ko Alex, Salam kenal.
Ko Alex mungkin tahu kalau beberapa waktu terakhir sedang ramai berseliweran di Twitter mengenai tantangan 30 hari menulis surat cinta. Nah, hari ini suratnya bertema, Ko. Temanya pacarku superstar. Kami ditantang untuk menulis surat untuk orang yang kami idolakan atau kami kagumi. Surat bertema kali ini saya tujukan ke ko Alex sebagai orang yang saya kagumi meski tidak pernah bertemu secara langsung. 

Kenapa Alexander Thian? Karena saya sangat menyukai cara Koko menceritakan apapun melalui tulisan. Jujur saja tulisan-tulisan Koko menjadi salah satu yang memotivasi saya untuk tetap menulis dan mengembngkan kemampuan menulis. Melalui tulisan Koko saya melihat bahwa gaya tulisan yang sederhana pun bisa menyentuh banyak orang asalkan ditulis dengan hati. Ya, dengan hati. Saya bisa merasakan itu ketika membaca tulisan Koko. Perasaan itu pula yang ingin saya dapatkan ketika saya membaca tulisan saya. Ketika orang membaca tulisan saya. Melalui tulisan Koko saya mempelajari hal tersebut. Masih jauh dari harapan, tapi saya tetap akan memperbaiki diri. Akan sangat menyenangkan jika Koko juga semakin sering berbagi ilmu mengenai menulis, hehehe.

Jumat, 05 Februari 2016

I'm Sorry

Kepada: Cimo

Hai, Cimo

Maaf ya, sepertinya kamu harus menerima kabar buruk. Aku mendadak diundang training tanggal 9 nanti di BSD. Akibatnya aku tidak jadi pulang hari Sabtu ini, yang artinya kamu harus sendirian lebih lama di rumah. Ah, kamu pasti kesepian. Meski biasanya kita cuma main sebentar, namun tiap hari kamu tidak pernah absen aku ajak jalan-jalan. Saat ini sepertinya kamu harus bersabar lebih lama. Trainingnya satu minggu, jadi aku baru bisa pulang sabtu depan. Maaf ya:(.

Sebagai keluarga aku merasa gagal, terlalu banyak meninggalkanmu karena kesibukanku. Ketika pulang sudah terlalu lelah untuk bermain-main denganmu cukup lama. Hanya seadanya. Padahal kamu selalu setia menunggu. Terlihat sekali rasa riangmu saat aku datang, dan hal itu sangat menenangkan. Bahagia sekali rasanya ada yang menunggu di rumah. Benar-benar pereda stres yang jitu. Aku berjanji kapan-kapan kita akan bermain sambil jalan-jalan. Ajak buddy, jesi, sama vio ya... Biar ramai.

Cimo, untuk sementara baik-baik dulu ya di rumah. Jaga rumah yang bener. Kalau tetangga depan macam-macam teriak saja. Supaya satpam datang. Tapi jangan teriak tengah malam. Nanti kamu yang diusir satpam. Hahahaha. Tunggu aku dengan sabar, ya... See you soon, cimo. I miss you.

Ps: Jangan lupa matiin kompor #lah


xoxo

Kamis, 04 Februari 2016

Untuk Kamu yang Sedang Menunggu

Dear kamu yang sedang menunggu,
Harus diakui bahwa menunggu itu adalah hal yang paling menyebalkan, berarti ada alasan kuat bagimu untuk mau melakukannya. Apa itu?

Dear kamu yang sedang menunggu,
Apakah kamu sudah memastikan bahwa yang kamu tunggu benar-benar sesuatu yang berharga? Apakah kamu sudah memastikan bahwa yang kamu tunggu tidak memberi kesia-siaan?

Dear kamu yang sedang menunggu,
apa yang kamu lakukan untuk mengisi hari dalam penantianmu? Aku harap itu adalah hal yang beguna, karena menunggu tanpa berbuat apapun hanya membuatmu frustasi dan kekurangan kesabaran dalam menanti.

Dear kamu yang sedang menunggu,
Kepada siapa kamu menggantungkan harapan penantianmu?  Hal itu perlu kau ketahui di awal, untuk menghindari kekecewaan karena salah berharap.

Dear kamu yang sedang menunggu,
Sudahkah kau berusaha untuk mendapatkan apa yang kamu tunggu?

Dear kamu yang sedang menunggu,
Apakah kamu sudah memastikan bahwa kamu siap menerima kenyataan yang mungkin tidak sesuai harapan? Seberapa pasti?

Ketahuilah satu hal pasti dalam penantianmu, manusia bisa berharap dan berencana, tetapi pada akhirnya Tuhanlah yang menentukan. Semakin kamu mengenalNya, semakin kamu mampu menerima apa yang telah dan akan terjadi sebagai hasil penantianmu.

Dari aku, yang sedang menunggu jawabanmu atas tanyaku.



Rabu, 03 Februari 2016

Surat Ijin Datang Terlambat

Untuk: Kak Kopi si Tukang Pos

Dear Kak Kopi,

Melalui surat ini saya mohon maaf karena postingan #30HariMenulisSuratCinta hari ke-4 datang terlambat. Hal ini diawali kesibukan di hari kemarin yang luar biasa karena saya harus menjadi PJS staff saya yang sedang cuti di saat implementasi program baru dan dilanjut dengan packing untuk persiapan perjalanan dinas hingga malam, sehingga tidak sempat membuat draft surat cinta untuk hari ini. Sedari pagi saya sudah harus kejar-kejaran dengan waktu agar tidak terlambat boarding karena mengambil jadwal first flight. Sesampainya di kota tujuan saya langsung berkeliling ke kantor-kantor di regional, tanpa saya sadari ternyata waktu sudah menunjukkan angka 17.55 WIB. Benar-benar angka yang mengejutkan karena belum ada satu kata pun yang tertuang dalam lembar blog hari ini. 

Saya sangat menyesali perbuatan ini, padahal surat saya kemarin baru saja terpilih untuk diposting di blog PosCinta. Ah, maaf, penjelasan tersebut bukan bermaksud untuk dijadikan pembenaran, hanya ingin menyampaikan penyebab terlambatnya surat hari ini. Saya akan berusaha lebih baik di esok hari agar surat-surat selanjtunya tidak datang terlambat lagi. Jangan kapok untuk mengirimkan surat saya lagi, ya, kak Kopi.

Demikian penjelasan saya, harap maklum


regards,

Peserta tantangan twitter #30HariMenulisSuratCinta yang lupa waktu.

Selasa, 02 Februari 2016

Terima Kasih, Kakak Guru



Dear kak Thea,

Apa kabar? Kalau liat dari akun instagramnya sih kayaknya baik-baik aja ya? :p. Sering jalan-jalan ya sekarang? Ih, pengen jugaaa. Tapi apa daya adekmu ini masih jadi buruh kantoran yang susah cuti (dan susah dana) hahahaha. But I love my job, btw. It makes me feel useful hahahaha. Sekarang kakak menetap dimana ya? Masih di Semarang? Masih kerja di bank tercinta? Sudah lama kita tidak saling menyapa.

Surat kali ini aku sengaja ingin mengirimkannya ke kakak, sebagai ucapan terima kasih. Terima kasih? Buat apa? Terima kasih karena sudah mengenalkanku pada dunia blog tujuh tahun yang lalu. Kalau dipikir-pikir, kayaknya aku belum pernah bilang terima kasih atas hal ini. Ajakan yang akhirnya membuat adekmu ini merasa ada ‘kebisaan’ waktu lagi ga beres-ga beresnya. Hahahaa. Maafkan ke‘alay’an dan kegalauanku dulu ya kak. Maklum, masih muda. Hahaha. Terima kasih juga sudah mau menyemangati di awal-awal aku belajar menulis, terima kasih telah mau memberi masukan agar tulisanku dapat lebih baik. Mungkin menurut kakak sepele, tapi tanpa hal itu dulu sepertinya tulisanku juga tidak akan jadi seperti sekarang ini. I owe you much, really. Terima kasih, kakak guruku. Boleh loh sesekali blogwalking ke tempat adekmu. Supaya bisa melihat sejauh mana perubahan adekmu ini. Banyak bacaan disana, dari yang ringan sampe yang ringan banget. Siapa tahu ada masukan. Hahaha.

Blog kakak masih aktifkah? Cerita tentang jalan-jalan dipost di blog? Aku lupa nama blogmu. Kasih via japri dong alamatnya. Mau baca-baca. Siapa tahu nanti aku juga termotivasi jadi travel blogger (berarti harus bisa jalan-jalan dulu sebelum bisa posting di blog). Semoga blog kakak masih aktif, dan akan tetap aktif. Supaya banyak kisah yang bisa kita nikmati kembali di masa datang.

I miss you, kak…

Sincerely yours,

Dek Lia

Senin, 01 Februari 2016

Stay strong, Girl



Hi, Cel, What’s up? Akhirnya terjawab sudah kenapa sepanjang hari ini otakku selalu menawarkan namamu waktu lagi mikirin “mau kasih surat ke siapa ya hari ini?” Ternyata itu adalah ‘alarm’ untuk mencari tahu tentang kabarmu. Aku sudah baca postingan blog terbaru di blogmu. Postingan itu jugalah yang menggerakkan tangan ini untuk menghubungi kamu lewat jalur pribadi yang akhirnya menciptakan surat ini.

Aku bersyukur kita bisa bertemu dengan ‘tidak sengaja’ di SYC 2015. Meskipun kita tidak terlalu lama bertemu, tapi saat itu aku merasa bahwa pertemuan kita saat itu memang tidak akan berakhir seperti halnya kegiatan tersebut berakhir. Apalagi ketika kamu bilang kamu juga punya blog. Aha! Bisa nih buat jadi teman seperjuangan. Hehehe. Setelah kembali ke kota masing-masing memang kita jarang berkomunikasi, tidak masalah, karena menurutku kita sudah bukan remaja tanggung lagi yang berpikir bahwa yang namanya komunikasi itu harus sesering mungkin (you know what I mean, right? :p). We have our own business. Tapi selama masa itu sebenarnya aku tetap mengharapkan mendapat kabar bahwa blogmu sudah diupdate. Apalagi sejak aku membaca blogmu yang sangat menunjukkan perubahan besar ke arah yang lebih baik. Sangat memberkati. Aku senang sekali saat akhirnya menerima kabar yang dinanti. Yeay! We make progress. Salah satu resolusi yang tercipta setelah mengikuti kapita selekta mulai dikerjakan. Hehehe. 

Pertemuan dan blog kita mungkin hanya alat yang digunakan Tuhan untuk mengerjakan rencanaNya (yang kita belum tahu apa). Tapi setidaknya untuk saat ini, melalui blog itulah kita bisa saling berkabar, bercerita,  dan akhirnya saling mendoakan.  Terima kasih sudah mau berbagi cerita ya. I’ll pray for you. Kalau aku boleh berpesan, apapun yang sedang digumulkan saat ini, jangan sampai kehilangan pengharapan dalam Tuhan, ya. Hadapi ujian dengan semangat. Stay strong, Cel. Kalau mulai lelah dan goyah dan butuh teman, jangan ragu untuk menghubungi aku. Aku berusaha sebisaku membantu. Dulu, kalau aku sedang dalam kesusahan dan kebimbangan, kadang aku iseng membaca lagi tulisan lamaku. Tulisan itu membantuku mengingat kembali bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan aku. Ia membimbingku langkah demi langkah untuk tidak salah memilih. Ia juga menopangku agar tetap kuat bertahan. Waktu itu mungkin aku tidak tahu apa yang ingin Tuhan sampaikan. Namun pada akhirnya aku sadar bahwa apa yang terjadi adalah hal yang terbaik untukku. Tulisanku merekam sebagian besar dari kisah lamaku. Mungkin kamu juga bisa mencoba hal yang sama. Siapa tahu berhasil. Everything Happens for a reason. A good one. Once again, stay strong.

From your ‘long distance’ friend,
xoxo
 

Tempat Mengungkap yang Tak Terucap Template by Ipietoon Cute Blog Design