Surat ini sengaja ditujukan
kepada sahabat yang kesetiaannya telah teruji ruang dan waktu. Sahabat yang
disengaja atau tidak selalu hadir di saat yang tepat saat penulis
membutuhkannya meski tanpa diminta. Sahabat yang menamakan dirinya sebagai
dokter cinta karena sering jadi tempat curahan hati penulis galau yang sekarang
semakin jarang curhat tentang cinta karena memang sedang fokus menjalani apa
yang disebutnya ‘panggilan’ untuk ‘ikut berperang’ (maaf ya, pasiennya udah
mulai bisa terapi sendiri hahaha). Sahabat yang selalu mendorong dari belakang
di saat penulis tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup untuk memulai suatu
hal baru. Sahabat yang tetap percaya pada penulis saat yang lain tidak percaya
padanya termasuk dirinya sendiri. Sahabat yang pernah penulis sebut sebagai
guardian angel. Tidak selalu terlihat dan terasa keberadaannya (bahkan sering
menghilang tanpa bekas), tapi sering dikirim Tuhan untuk melindungi penulis
dari banyak hal yang akan melukai. Sahabat yang ikut berjuang dengan sangat
keras untuk membua penulis bangkit dari keterpurukan terkelam dalam hidupnya. Sahabat
yang menjadi bagian dari kisah perubahan hidup penulis yang nyaris 180 derajat.
Sahabat yang ikut menguatkan penulis untuk tetap menulis. Sahabat yang sampai sekarang
masih jadi jojoba (ups). Sahabat yang kasihnya terhadap orang lain sangat tulus
meski sering dianggap modus (dasar gemini :p). Sahabat yang berani menegur
dengan bijak saat penulis melenceng dari tujuan awal. Sahabat yang mampu
menghibur dengan caranya sendiri (baca: aneh). Sahabat yang mampu mencerahkan
kehidupan penulis dan orang lain di sekitarnya. Sahabat yang udahlah ya.. nanti
orangnya kegeeran x)). Sahabat yang penulis juluki sebagai katalisator
semangat.
Hai,
Dimana sekarang? Sudah punya
acara untuk valentine besok? Itu pertanyaan retoris, sih. Hahahahahaahahaha. Maaf
aku tertawa terlalu berlebihan. Surat ini sengaja ditulis untuk hari ini supaya
besok kamu ga terlalu sedih. Kurang baik apa kakak, dek? :p. Minimal bisa
dibaca ulanglah surat cintanya sesuai request (ciyee). Surat ini berjudul
katalisator semangat, julukan terbaru untukmu. Kenapa? Karena itulah yang kamu
lakukan. Jadi katalisator agar semangat orang-orang lebih cepat terproses. Sebenarnya
aku ingin menjelaskan proses katalisasi disini, namun aku takut orang mengira
ini blog sains dan jadi ga mau buka tulisan lain, kan sayang, ngurangin
pengunjung. Hahahaha. Surat ini ditulis sebagai ucapan terima kasih atas apa
yang telah kamu perbuat untukku, dan untuk orang lain di sekitarmu. Aku tahu,
tidak hanya aku yang merasa diberkati setiap berbincang denganmu, dan itu bagus
adanya. You did your task well. Menjadi garam. Berdampak. Mungkin isi surat ini
tidak akan sepanjang prolognya, tapi itu tidak mengurangi esensi ucapan terima
kasih dari penulis untukmu. Banyak hal yang aku pelajari sejak kita berteman
bertahun lalu. Aku mensyukuri semuanya. Meski kadang reaksimu sangat aneh dan
jauh dari harapan saat kita berbincang, namun tetap saja hal itu mengundang
tawa saat diingat kembali sekarang. Terima kasih telah membuat aku percaya
bahwa mimpiku bisa diraih. Terima kasih telah bereaksi dengan sangat tepat saat
aku serius membahas hal yang mungkin orang lain anggap: lebay. Terima kasih
telah mau menjadi pendengar dan teman berdebat yang baik meski kita jarang
saling menyapa. Aku tidak tahu apa yang terjadi jika dulu aku mengungkapkan
mimpiku pada orang yang salah. Mungkin aku tidak menjadi seperti sekarang. I owe
you for that. Fungsimu sebagai katalisator menjadi salah satu yang menyebabkan
aku menjadi seperti hari ini. I thank my God in every remembrance of you. Seriously.
Tetaplah menjadi katalisator semangat, ya. You’ll never know what will happen
later. Bisa jadi saat ini ada orang-orang lain seperti Lia beberapa tahun silam
yang membutuhkanmu. If you still like this, maybe you can change their life
too. Who knows? You’re talented, bro. Use your talent more and more so that your
life can bless many others. Never change except it for goodness. Keep your
spirit up. I’m here to back you up. Someday we should meet to re-tell what God
did in our life. So in the end we re-knowing that God is good, God is great,
and God loves us. Happy valentine!
salah satu masterpiece x)) |
regards