Rabu, 30 November 2016

Menari di Dalam Badai


Siang itu hujan badai membasahi nyaris seluruh kota. Awan gelap dan genangan air menyelimuti sepanjang perjalanan pulang saya dari istirahat makan siang. Obrolan saat itu pun akhirnya didominasi dengan kenangan masa kecil yang terasa sangat menyenangkan. Kami saling bertukar cerita tentang bagaimana semangatnya kami di waktu kecil ketika hujan turun dengan derasnya. Mulai mencari genangan air untuk dijadikan wahana permainan, duduk di bawah talang air untuk mendapatkan pancuran hujan agar seolah kami sedang bertapa di sebuah air terjun di pelosok bumi. Tidak ada keresahan akan sakit flu yang mungkin akan menyerang, atau ketakutan pakaian yang basah karena bermandikan air dari langit. Semua yang ada hanya tawa, kegembiraan, dan tarian suka cita bersama teman-teman sepermainan lainnya. Keadaan yang berbeda muncul ketika kami-kami yang dulu masih kecil kini telah menjadi dewasa. Hujan badai menjadi salah satu yang paling dihindari. Semua akan menjadi serba sulit, serba macet, dan serba terhambat. Keceriaan menyambut hujan sirna tergeser tugas dan tanggung jawab para pekerja.

pic from google

Hujan itu juga membawa kembali memori saya ke percakapan dengan seorang rekan yang lain sebelumnya. Pembicaraan yang berujung pada pernyataan darinya yang kurang lebih begini “saya sekarang sedang belajar menari di dalam badai”. Kalimat yang terasa familiar namun jarang saya dengar. Anak-anak akan dengan ringannya melangkah untuk menari ditengah hujan badai, namun tidak demikian dengan orang dewasa. Butuh effort yang besar untuk mengatakan hal tersebut.

Menari di dalam badai berbicara tentang bagaimana sikap kita ketika ‘badai’ datang menyapa. Badai kehidupan tidak akan pernah berhenti total selama kita masih ada di dunia. Dia akan datang dan pergi sesuka hati. Terkadang diawali dengan mendung dan petir sebagai peringatan, tidak jarang muncul tiba-tiba tanpa pemberitahuan. Bisa hanya dalam hitungan menit ia berlalu, namun tidak mustahil ia ‘betah’ menghampiri sepanjang hari. Pertanyaannya adalah, Apakah sikap yang kita pilih untuk menghadapi badai? Apakah seperti anak kecil yang menjejakkan kakinya untuk menari di tengah badai, atau seperti orang dewasa yang merasa lebih baik menunggu badai reda baru kembali beraktivitas?

Menunggu seringkali dianggap sebagai cara paling aman untuk ‘terhindar’ dari efek ‘badai’ untuk menikmati kembali hangatnya mentari, melihat indahnya pelangi. Secara tidak sadar kita menaruh harap bahwa bahagia akan muncul nanti, ketika badai telah berakhir. Sayangnya, hidup tidaklah sedatar itu. Tidak sesimple menunggu hujan berhenti lalu beraktivitas lagi. Hidup bukan hanya tentang menunggu bahagia akan datang di suatu waktu setelah kita mencapai tujuan tertentu tapi bagaimana menikmati dan mensyukuri hal-hal kecil yang terjadi. Betapa seringnya kita mengajukan syarat untuk kebahagiaan kita. Jika sudah menjadi kaya, kita baru bahagia. Jika sudah menikah, kita akan bahagia. Jika sudah memiliki anak, kita akan bahagia. Jika sudah tidak ada masalah, baru akan bahagia. Begitu sedikit kegembiraan untuk “dinikmati saat ini”, di tengah ketidakpastian “jika” dan “nanti”. Semua ‘jika’ tersebut membuat kita lupa menikmati hal-hal yang menimbulkan keceriaan selama ‘badai’ terjadi. Hidup bukanlah tentang menunggu badai berlalu, tetapi tentang belajar menari di dalam badai. Bagaimana kita belajar untuk tetap dapat melihat hal-hal yang membuat bahagia di tengah pergolakan hidup. Bagaimana kita belajar untuk menghindari " bahaya" yang mungkin mengancam saat kita sedang "menari". Bagaimana kita bisa menyatukan kepingan puzzle suka duka  dan tetap mengambil hikmah atas apa yang terjadi. Sehingga apapun akhir yang didapat nanti, kita tidak kecewa karena harapan yang berlebih, pun tidak menyesal karena tidak memanfaatkan hidup dengan baik.

Bahagia itu kita yang ciptakan. Pilihan kita yang menentukan apakah ingin bahagia di akhir setelah badai pergi, ataukah bahagia meski di dalam badai dengan cara belajar menari. Ingat, badai tidak akan pernah bosan menghampiri. Your choice, choose wisely.
Ada yang ingin ikut belajar menari? :D
 


 

Tempat Mengungkap yang Tak Terucap Template by Ipietoon Cute Blog Design