Selasa, 03 Februari 2015

Pesan (Kurang) Penting untuk Kaum Patah Hati



Sebelumnya aku mengajukan permohonan maaf jika ada isi dari pesan ini menyinggungmu, atau terkesan menghakimimu. Sungguh tidak ada maksud sedikitpun untuk berlaku seperti itu. Aku bukanlah penasihat bijak yang mampu memberimu saran maha tepat, juga bukan hakim yang maha benar. Aku hanya seorang teman yang berusaha memberimu pesan yang mungkin kurang penting untuk disimak.

Patah hati memang bukanlah hal yang menyenangkan, aku tahu dan pernah merasakannya. Aku memahami bagaimana reaksi kaget, marah, sedih, kecewa, dan terluka itu bercampur menjadi satu. Sakit sekali memang, namun tidak ada luka hati yang tidak bisa sembuh. Hati itu memiliki kemampuan meregenerasi dirinya sendiri. Hati mampu menyembuhkan lukanya sendiri. Iya, hati kita sehebat itu. Jadi jika lukamu tidak kunjung sembuh, mungkin kau bisa mencoba mengintrospeksi diri, jangan-jangan ada bagian dari dirimu yang memang tidak menginginkan luka itu sembuh. Ibarat anak kecil yang penasaran dengan luka di lengannya yang mulai mengering, lalu merobeknya kembali hingga berdarah. Jika itu memang terjadi, aku ingin bertanya kepadamu, sampai kapan? Sampai kapan kau menikmati sakit akibat perbuatanmu sendiri? Di awal patah hati mungkin memang dia yang melukaimu, namun jika luka hatimu tak kunjung sembuh, dia yang meninggalkanmu sudah tidak lagi bertanggung jawab atas luka itu. Tidak ada yang bertanggung jawab atas luka hatimu selain dirimu sendiri. Kau memiliki pilihan untuk mengobati lukamu atau sengaja membiarkannya menjadi terinfeksi.


Patah hati memang bukanlah kondisi yang mudah untuk dihadapi, apalagi jika kita sangat mengasihi orang tersebut. Tidak ada yang salah dengan meratapi kepergian orang terkasih selama kita tidak terlarut terlalu lama. Mengapa begitu? Entahlah, selama ini aku percaya bahwa apa yang diijinkan Tuhan untuk terjadi padaku memiliki tujuan yang baik. Apapun itu. Ada quotes yang menurutku cukup relevan dengan hal ini: Tuhan mematahkan hatimu demi menyelamatkanmu dari orang yang salah. Orang yang salah disini belum tentu orang itu jahat. Bisa jadi orang yang kurang sepadan, atau orang dengan waktu yang salah, banyak kemungkinan. Satu yang pasti, patah hati merupakan proses yang dilalui untuk menemukan yang tepat. Lantas, jika kau hanya berkutat di kepatahhatianmu, kapan kau mulai melangkah untuk proses selanjutnya? Time flies, Kawan. Waktu tidak akan menunggumu untuk siap. Waktu akan terus berlalu sesuai ritmenya.

Patah hati sering dijadikan alasan oleh seseorang untuk mengasihani dirinya sendiri. Patah hati juga tidak jarang dijadikan ajang untuk menghakimi diri sendiri. Aku harusnya begini, kamu seharusnya tidak begitu, kita bisa lebih baik jika mau berusaha, bla bla bla. Sudahlah, Kawan, never stress the could haves. If it should have, it would have. If it belong to you, it’ll be yours. Tidak perlu kau mengasihani atau menghukum dirimu begitu lama. Nikmatilah hidupmu yang bahagia. Banyak hal-hal menyenangkan di sekitarmu yang bisa kau perhatikan. Keluarlah dari kurungan harapan yang kau buat sendiri. Hidup kita memiliki tujuan yang jauh lebih berharga daripada mengharapkan cinta seseorang yang telah pergi. Cari tujuan hidup yang diberikan padamu. Hargai sisa waktu kehidupanmu. Ganti waktu yang biasanya kau gunakan untuk meratap dengan mulai memperhatikan keluargamu. Live your life well, and in the end you’ll smile because you realize how blessed you are.
Selamat mencoba move on dan selamat menemukan bahagia, wahai kaum patah hati.

Dari temanmu, yang pernah ada di posisi itu.

*ditulis untuk tantangan twitter #30HariMenulisSuratCinta
 

Tempat Mengungkap yang Tak Terucap Template by Ipietoon Cute Blog Design