Rabu, 18 Februari 2015

A Letter for You*



Dear my life partner (to be)*,

Sedang apa kamu saat ini? Sedang bekerja kah? Sedang berencana membuka usaha? Atau sedang pusing dengan pertanyaan ajaib ‘kapan married’? hahahaha. Aku disini juga mengalami hal yang sama. Menyebalkan, ya? Iya. Tapi sudahlah, tidak perlu diambil pusing, toh nanti kamu yang menjalani hidupmu. Bukan mereka. Anggap saja itu cara mereka memberi perhatian padamu :p.
Apa yang harus kamu lakukan saat ini hanyalah bertumbuh, mencari kehendak Tuhan, dan menggunakan talentamu semaksimal mungkin. Aku percaya, jika kita sudah sama-sama siap, Tuhan akan mempertemukan hati kita di waktu yang tepat.

Selasa, 17 Februari 2015

Happy 25, Dear!




Hai Dek, how was your 25? How big your mouth smiling today? I sent you a voice note, not too good, but I hope it can make you remember my bad voice :p. you miss me? Because I do, I miss you much, Dek. Kamu dimana, sih, sekarang? Di Palembang atau di ibukota? Keberadaan anakku saja aku tidak tahu, mom macam apa ini? Hahaha.

Kamu yang bahagia ya disana. Belajar yang bener, kerja yang rajin, biar nanti bisa beliin mom mobil untuk kado pernikahan (yang entah kapan) hahaha. Kalau ada pria yang membuatmu tertarik, boleh loh cerita-cerita ke mom. I’m still your mom, right? Meski kita Cuma beda usia sebulan :p.

Semoga di usiamu yang sekarang, kamu makin bertumbuh dalam Tuhan, ya, Dek. Semoga cita dan asa mu terkabul. Semoga kehadiranmu bisa menjadi berkat bagi sekitar. Keep contact even in our rush time, ya! 

Nb: dapet salam dari cimo si buntelan bulu x)

With love,
Mom

Sabtu, 14 Februari 2015

To Be Honest, I Love You

Dear papa,
Maaf ya pa kalau semakin kesini semakin jarang telepon papa. Sering ga angkat telepon papa.
I love you, with all my heart.
Dear mama,
Makasih ya ma udah doain cece tiap hari. Meski kita jarang berkomunikasi, cece tahu mama juga perhatiin cece. Meski cece sering kesal kalau cece telepon mama jarang mau ngomong. Kita mungkin awkward kalau ngobrol jarak jauh. Tapi meski begitu, mama harus tahu, kalau cece sayang mama.
I love you, and i mean it.

Kamis, 12 Februari 2015

Selamat Ulang Tahun, Mba Enggar!



Kamis, 12 Februari 2015

Dear Mba Enggar,
Bagaimana hari ini? Apakah cukup spesial dibanding hari lainnya? Kejutan apa saja yang sudah didapat? Hehehe. Apapun itu, semoga setiap kegiatan hari ini dapat membuat Mba Enggar semakin bahagia.

Aku minta maaf jika tidak bisa memberikan apapun dan juga tidak bisa ikut merayakan hari bahagiamu. Aku harap ucapan selamat dan doa yang menyertainya cukup menambah kebahagiaanmu di hari ini. Di hari ulang tahunmu ini aku tak lupa mengucapkan terima kasih karena telah mempertemukan aku dengan cimo. Kalau tidak salah di bulan ini juga cimo berulang tahun, ya? Aku lupa tanggal berapa. Hahaha. Cimo semakin nakal tapi juga semakin lucu. Banyak kejadian menarik yang terjadi karena ulahnya. Ah, aku mulai keluar jalur. Malah lebih banyak bahas hewan peliharaan di surat yang seharusnya khusus untukmu.  Hahaha. Semoga itu tidak mengurangi makna dari surat ini, ya, Mba.

Melalui surat sederhana ini aku berharap semoga Mba Eng semakin diberkati untuk bisa semakin memberkati sekitar. Semoga asa dan harap yang baik yang diucapkan oleh orang-orang terdekat Mba Eng dapat terkabul. Semoga semakin hari Mba Eng semakin bahagia dan semakin membahagiakan. Semoga apa yang disemogakan tidak hanya menjadi sekedar semoga.
Selamat ulang tahun, Mba!

Salam,
Mami Cimo

Rabu, 11 Februari 2015

I'm Here for You


Halo, Ce... Sebenarnya hari ini aku berencana menulis surat untuk memberi dukungan ke papa, namun setelah pembicaraan kita semalam, sepertinya saat ini Cece lebih membutuhkan dukunganku. Jadi, surat ini aku buat supaya Cece bisa lebih kuat menjalani apa yang akan Cece hadapi di depan.

Aku mencoba mengerti apa yang Cece rasakan saat ini, ingin rasanya bisa menjadi problem solver atas pergumulan yang Cece hadapi. Apa daya jam terbangku sebagai sarjana psikologi belum begitu tinggi sehingga aku belum bisa memberikan saran ataupun jalan keluar yang terbaik. Tapi satu hal yang harus Cece tahu, kapanpun Cece membutuhkan tempat untuk meluapkan kegundahan hati, you can call me second. Loh kok second, Lia? Iya... yang pertama kali harus Cece hubungi dalam kondisi apapun adalah Tuhan. Hehehe. You must call Him first. Aku hanya manusia yang kadang bisa salah, kadang bisa mengecewakan Cece, tapi Tuhan kita tidak pernah salah dan tidak akan mengecewakan Cece. Dia juga problem solver yang paling keren yang pernah ada. Trust me.

Senin, 09 Februari 2015

Dear Kak Rina,



Dear Kak Rina,

Halo, Kak, bagaimana kabar pulau Jawa? Masih semenyenangkan dulu? Sudah lama kita tidak bersua. Niat pertemuan selalu terkendala jarak dan waktu. Aku iri ketika Kakak dan tim delapan yang lain memajang foto meet up di layar bbm. Tidak ada aku disana. Menyebalkan. Rasanya ingin sekali menjahit jarak antara Jawa dan Sumatera supaya aku juga bisa ikut kumpul dengan kalian.

Kakak masih suka memetik gitar? Atau sudah berganti dengan hobi memetik harapan? Hahaha. Masih ingat waktu Kakak mengajariku pindah kunci dari C ke G? di pendopo kampus Psikologi UNDIP tercinta. Kalau tidak salah itu persiapan untuk melantunkan lagu Balonku Ada Lima. Lagu pertamaku. Rasanya kaku sekali dulu. Aku selalu terkagum dengan kemahiran Kakak memainkan alat musik yang bisa membuat banyak orang terpesona dengan kesederhanaannya itu. Aku juga mau bisa seperti Kakak. Kakak serba bisa idolaku! (insert mata berbinar di sini). Aku minta maaf ya Kak kalau saat itu aku bebal dan merepotkan. Maafkan jari-jariku yang kaku sehingga butuh waktu bermenit-menit untuk pindah kunci. Maafkan otakku yang lambat untuk menyeimbangkan antara petikan dan timing pindah kunci. Maafkan perasaaanku yang kurang peka untuk memahami nada. Maafkan murid bodohmu ini ya, Kak. Hehehe. 

Aku mau kasih tahu ke Kakak, sekarang aku mulai melayani dengan kemampuanku bergitar yang seadanya. Masih sangat jauh dari nilai bagus. Tapi setidaknya sudah mulai dipercaya. Kemarin aku iring kebaktian sekolah minggu, Kak. Perdana. Tanganku dingin karena gugup. Hahaha. Terima kasih, ya, Kak. Berkat ketabahan Kakak mengajariku bertahun silam, hari ini Kakak sudah bisa petik buahnya. Meski masih agak asam :p. Aku mau belajar lagi, Kak. Aku mau cari guru lagi, supaya jadi lebih mahir. Supaya jadi seperti Kakak. Supaya nanti kalau kita bertemu, aku tidak malu-malu lagi untuk mengajak Kakak bermain gitar bersama. Kakak sambil nyanyi ya, suaraku pas-pasan soalnya x).

Itu dulu, ya, Kak, suratku. Lain kali aku akan bahas tentang kebaikan Kakak yang lain.
Terima kasih banyak, guru randomku dalam banyak hal. Semoga Kakak juga semakin expert ya kemampuannya.

Salam,
One of the most random friend in your life.


*ditulis untuk tantangan Twitter #30HariMenulisSuratCinta

Jumat, 06 Februari 2015

Bahagia Itu Sederhana



Hai, Kamu, aku ingin berbagi mengenai pandanganku tentang menjadi bahagia.
Coba kau simak, mungkin ada bahagia yang sama, atau mungkin kau punya bahagia yang lebih membahagiakan.

Menurutku,
Bahagia itu sederhana, sesederhana obrolan santai yang kita ucapkan kala hujan.
Bahagia itu sederhana, sesederhana senandung kecil yang dilantunkan saat mendengar lagu kesukaan.
Bahagia itu sederhana, sesederhana usapan tangan ayah di kepalamu hingga terlelap.
Bahagia itu sederhana, sesederhana disambut anak anjing yang berlonjak riang saat pulang.
Bahagia itu sederhana, sesederhana mendengar kalimat: “lause, liat rumah-rumahan aku. Udah bisa bikin sendiri” dari anak berusia 3 tahun.
Bahagia itu sederhana, sesederhana rengekan anak kecil yang tidak mau kita tinggal pergi.
Bahagia itu sederhana, sesederhana dipercayakan untuk melakukan sesuatu bagi orang lain
Bahagia itu sederhana, sesederhana kata terima kasih yang terucap.
Bahagia itu sederhana, sesederhana tawa yang tercipta saat bersama
Bahagia itu sederhana, sesederhana pilihan untuk menjadi bahagia.

Iya, bahagia itu pilihan. Setiap orang bebas memilih apa yang membuatnya menjadi bahagia.
Jika bahagia kita berbeda, tidak ada masalah dengan itu, selama kita menghormati kebahagiaan masing-masing.
Everyone has their concept about happiness. Respect their decision as they respect yours.

Menurutmu, apa bahagiamu? Apapun itu, selamat berbahagia.

*ditulis untuk tantangan twitter #30HariMenulisSuratCinta

Kamis, 05 Februari 2015

Surat Ijin untuk Tukang Pos

Kepada: Tukang Pos

Halo Kak Mike,
Hari ini aku malas sekali menulis surat. Kepalaku sedang dipenuhi banyak persoalan pekerjaan dan permasalahan yang aku buat sendiri. Saking rumitnya, bisa dijadikan sebagai bahan soal olimpiade fisika tingkat dunia. Ah, maaf, Kak, aku mulai ngelantur. 

Hari ini aku ijin ya, Kak, tidak menulis surat cinta yang penuh bunga dulu. Besok-besok aku janji akan menulis dengan semangat. Semangati aku ya, Pak Pos. Hehehe.

Salam,
Penulis surat yang sedang mangkir

*ditulis untuk tantangan twitter #30HariMenulisSuratCinta 

Rabu, 04 Februari 2015

Saat Laut Bertemu Langit

Kepada: Ce Yuki

Cece masih ingat pertama kali kita ketemu? Iya, yang di tangga gereja itu, waktu aku bareng sama orang tua anak SM. Aku mencoba membayangkan apa jadinya kalau pemudi pertama yang kami temui bukan cece, barangkali surat ini tidak akan tercipta. Coba bayangkan seandainya saat itu cece pulang sedikit lebih cepat, mungkin tidak akan terjadi pertemuan di tangga itu, dan mungkin saat ini aku tidak akan aktif berkegiatan di gereja. Kebetulan? Sepertinya tidak. Tuhan sudah merencanakan hari itu. Tuhan sudah mengatur waktu tersebut dengan sedemikian rupa. Tuhan sudah menyatakan bahwa hari ini sudah waktunya laut bertemu dengan langit.


Selasa, 03 Februari 2015

Pesan (Kurang) Penting untuk Kaum Patah Hati



Sebelumnya aku mengajukan permohonan maaf jika ada isi dari pesan ini menyinggungmu, atau terkesan menghakimimu. Sungguh tidak ada maksud sedikitpun untuk berlaku seperti itu. Aku bukanlah penasihat bijak yang mampu memberimu saran maha tepat, juga bukan hakim yang maha benar. Aku hanya seorang teman yang berusaha memberimu pesan yang mungkin kurang penting untuk disimak.

Patah hati memang bukanlah hal yang menyenangkan, aku tahu dan pernah merasakannya. Aku memahami bagaimana reaksi kaget, marah, sedih, kecewa, dan terluka itu bercampur menjadi satu. Sakit sekali memang, namun tidak ada luka hati yang tidak bisa sembuh. Hati itu memiliki kemampuan meregenerasi dirinya sendiri. Hati mampu menyembuhkan lukanya sendiri. Iya, hati kita sehebat itu. Jadi jika lukamu tidak kunjung sembuh, mungkin kau bisa mencoba mengintrospeksi diri, jangan-jangan ada bagian dari dirimu yang memang tidak menginginkan luka itu sembuh. Ibarat anak kecil yang penasaran dengan luka di lengannya yang mulai mengering, lalu merobeknya kembali hingga berdarah. Jika itu memang terjadi, aku ingin bertanya kepadamu, sampai kapan? Sampai kapan kau menikmati sakit akibat perbuatanmu sendiri? Di awal patah hati mungkin memang dia yang melukaimu, namun jika luka hatimu tak kunjung sembuh, dia yang meninggalkanmu sudah tidak lagi bertanggung jawab atas luka itu. Tidak ada yang bertanggung jawab atas luka hatimu selain dirimu sendiri. Kau memiliki pilihan untuk mengobati lukamu atau sengaja membiarkannya menjadi terinfeksi.

Senin, 02 Februari 2015

Surat untuk Gadis Kecil



31 Januari 2015. Hari terakhir di bulan pertama tahun ini. Entah apa yang ada di pikiranku saat ini, semua terasa kabur. Suara hati tidak terdengar, mungkin tertutup derai hujan yang sedang turun dengan derasnya. Lama aku memandangi tetes air yang turun bergantian, hingga memoriku menangkap kenangan yang nyaris aku lupakan.

Minggu, 01 Februari 2015

Kepada Bulan yang Katanya Penuh Cinta

Februari. Banyak yang bilang ini bulan cinta. Mungkin karena ada yang merayakan valentine di tengah bulan itu. Februari, ada yang ingin kutanyakan kepadamu.

Februari yang katanya penuh cinta, kenapa kamu harus spesial? Bukankah seharusnya kita penuh cinta setiap bulan? Setiap hari?

Februari yang katanya penuh cinta, apa yang dilakukan orang di bulan lain jika cintanya hanya terpusat saat kau datang? Saling membenci kah?

Februari yang katanya penuh cinta, mengapa orang memilihmu yang harinya tidak sampai 30 sebagai bulan cinta? Kenapa tidak Januari saja? Apa karena setiap orang hanya punya sedikit cinta yang bisa dibagikan?

Februari yang katanya penuh cinta, bisakah kau menjawab semua pertanyaan itu? Ah, sepertinya tidak. Kau hanya bulan yang mendapat nama dari manusia. Kau bahkan mungkin tidak mengetahui apa arti cinta yang sering disandingkan dengan namamu.

Sudahlah, Februari, lupakan saja perbincangan kita.

*ditulis untuk tantangan twitter #30harimenulissuratcinta
 

Tempat Mengungkap yang Tak Terucap Template by Ipietoon Cute Blog Design