Kamis, 17 Desember 2015

Ternyata Masih Ada

Beberapa hari terakhir saya menjadi warga Jakarta (coret) sementara waktu karena ada rapat kerja di kantor pusat. Seperti raker pada umumnya, pulang saat matahari terbenam sudah menjadi hal yang lumrah. Tiba di mess sudah sisa 1/16 nyawa. Tidak ada lagi tenaga yang bisa dialokasikan untuk sekadar menyapa teman. Sehingga hari diakhiri dengan tidak menanyakan kabar siapapun. 

Sabtu, 05 Desember 2015

Membawa Sampah



pic from google
Hari ini saya membawa sampah dari rumah menuju ke TPA (tempat pembuangan akhir) yang tidak begitu jauh dari rumah. Seperti TPA pada umumnya, aroma yang menyebar di sekitaran TPA sangat tidak menyenangkan. Mungkin karena berbagai macam campuran makanan basi yang sudah mulai terurai berkumpul disana. Saya sesegera mungkin membuang sampah yang saya bawa dan berlalu meninggalkan TPA tersebut. Setelah berjarak beberapa meter baru saya menghirup udara segar kembali. Aroma menyengat hilang diganti dengan aroma embun pagi. Saya senang bisa terlepas dari bau yang tidak sedap dengan segera. Membawa sampah atau berada di sekitar sampah memang bukan hal yang menyenangkan. Oleh karena itu sampah harus dengan rutin dibuang agar tidak mencemari rumah atau lingkungan sekitar kita. Tidak ada yang nyaman dengan bau yang dikeluarkan oleh sampah yang lama tersimpan, bukan? Tidak hanya itu, sampah sisa makanan yang terlalu lama bisa menimbulkan kuman, mengundang lalat, dan menciptakan penyakit.

Sabtu, 21 November 2015

Woman still a woman, no matter what



Wanita yang berdandan tidak membuat derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari wanita tanpa make up. Mereka tetap wanita.
Wanita bekerja tidak membuat derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari ibu rumah tangga. Mereka tetap wanita.
Wanita menikah tidak membuat derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari wanita yang tidak menikah.  Mereka tetap wanita.
Wanita yang pintar memasak tidak membuat derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari wanita yang tidak bisa memasak.  Mereka tetap wanita.
Wanita yang dikaruniai anak tidak membuat derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari wanita yang tidak memiliki anak. Mereka tetap wanita.
Wanita yang selama mengandung dapat tetap beraktivitas tidak membuat derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari wanita yang harus bedrest selama masa trimester awal kehamilan.
Wanita yang mampu memberi ASI eksklusif tidak membuat derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari wanita yang kesulitan memberi ASI. Mereka tetap wanita.

Jumat, 20 November 2015

Inside Out, It's Okay to be Not Okay



 For the first time in forever saya akan ulas sedikit mengenai film unik yang baru saya tonton (berkali-kali). Yak, Inside Out. Film animasi keluaran Pixar ini mengikuti jejak senior-seniornya dalam menggugah hati dan melatih otak sang penonton dengan filosofi yang disuguhkannya. Early warning, spoiler alert.

image from google

Sabtu, 14 November 2015

Kisah 8000 Rupiah

Siang itu saya 'terpaksa' mampir ke bengkel untuk menambal ban motor saya yang pecah. Bapak-bapak penjaga bengkel yang ramah membuat saya berkurang kesalnya atas kemalangan yang menimpa motor saya. Bapak ini dengan cekatan membuka ban dan menambalnya. Saat menunggu ban dipanaskan, ia  juga mengutak-atik motor yang dari tadi memang ada disana. Ganti oli sepertinya. Saya memperhatikan langkah demi langkah yang dilakukan bapak itu terhadap ban saya sambil mendengarkan penjelasannya mengenai penyebab ban saya pecah. "kurang angin ini, Mbak, makanya bocornya di pinggir". Penjelasannya mengingatkan saya pada papa yang selalu menerangkan ke pelanggan tentang kondisi motor mereka. Seperti dokter yang menjelaskan ke pasien tentang penyakit yang dideritanya. Sekarang ini jarang sekali saya temukan kebiasaan seperti itu. Biasanya hanya melakukan apa yang diminta konsumen dengan cepat agar makin cepat menerima bayaran. Kalau perlu mengambil kesempatan untuk mendapat untung lebih jika konsumen terlihat tidak mengerti. Setelah selesai ditambal, saya bertanya berapa biayanya. "Rp.8000,- Mbak" kata si Bapak. Harga itu memang harga standar untuk menambal ban dan tambah angin motor. Namun ketika saya memberikan uang tersebut, saya merasa sedikit ditampar.

Rabu, 11 November 2015

Sudah Sewajarnya, Katanya



Hujan baru dirindukan saat kemarau panjang.
Udara segar baru disyukuri setelah terkena bencana asap.
Hangatnya mentari baru dicari ketika mengalami musim dingin berkepanjangan.
Keluarga baru dibutuhkan saat mulai terpisah.
Perhatian baru disesali saat ia tak lagi ada.

Minggu, 01 November 2015

Namanya Nino


Hari ini untuk pertama kalinya saya merasa berat mengetahui bahwa minggu depan kemungkinan besar saya tidak bisa hadir di sekolah minggu karena harus keluar kota. Kenapa? Begini ceritanya (maaf agak panjang)...

Minggu lalu Ls. Ester menginfokan bahwa ia berhalangan hadir hari ini karena satu dan lain hal, sementara Ls. Ike masih di luar kota. Mengingat keterbatasan guru di SM, saya diminta menggantikan Ls. Ester membawa cerita FT. Saat itu perasaan saya campur aduk. Bingung. Ada ketakutan, kekhawatiran, ragu, namun juga ada rasa penasaran dan excited. Saya berulang kali bertanya pada diri sendiri “Can I?” Saya belum resmi menjadi laoshi. Kelas penataran baru akan dimulai di awal November. Membawakan cerita sebelum resmi lulus menjadi laoshi membuat saya merasa menjadi laoshi prematur. Mampukah saya? Layakkah saya?

Rabu, 28 Oktober 2015

Laoshi, Kiss...

Hampir setahun ini saya menjadi asisten laoshi di SM GKPJ Pos PI Mayang. Tidak pernah saya membayangkan akan bertahan selama ini, karena dari dulu saya tidak (atau mungkin belum) tergerak melayani di bidang anak-anak. Menurut saya jadi guru SM itu merepotkan,  bukan karena anak-anaknya, saya sangat suka anak-anak. Namun membayangkan harus bangun lebih pagi di hari yang berwarna merah saja sudah sangat berat bagi wanita pekerja yang senin hingga sabtu harus membanting tulang (literally, saking kurusnya), dilengkapi dengan tanggung jawab tambahan membuat aktivitas yang baik untuk anak setiap minggunya. Saya yang tangannya sangat tidak kreatif langsung memasang dinding tinggi dalam diri untuk mampu menolak segala tawaran melayani di sekolah minggu. Dinding itu sudah ada sejak masa kuliah sebenarnya, berulang kali saya mendapat tawaran di gereja yang lama untuk masuk ke dunia sekolah minggu, namun saya selalu menolak, dengan berbagai alasan yang masuk akal (the perks of being good negosiator :p). 

Kamis, 22 Oktober 2015

Life: The Largest Fitness Center in the World



Saya mau cerita sedikit tentang pengalaman saya selama mencoba ikut nge-gym beberapa bulan terakhir. Tadi saya ngegym seperti biasa. Hari ini latihan otot dada. Hanya bebannya ditambah, dumbelnya diganti jadi yang  5kg. Mengangkat beban 5kg di kiri dan 5kg di kanan bukan hal yang mudah karena selama ini baru terbiasa dengan beban 3kg. Saat itu saya merasa trainernya kejam (sampai menulis ini dada saya masih sakit karena ototnya pecah). But, then I realized something, I make progress.

Dulu sebelum ngegym, buka tutup botol air mineral saja minta tolong orang (iya, saya selemah itu :p). Sekarang udah bisa angkat beban yang lebih berat. Tapi itu bukan tanpa proses. Bukan sulap yang seketika berubah. Perlu saya infokan, ngegym itu tidak seenak yang kalian lihat di foto-foto yang nyebar di medsos kekinian. Adek-adek yang senyum saat mengangkat beban itu saya yakini hanya untuk kepentingan pamer saja. Cuma sekali angkat terus pindah lagi ke alat lain buat difoto dan check in di path @ fitness center hahaha.  Mari kita menengok ke belakang untuk lihat proses sebenarnya secara umum.

Rabu, 10 Juni 2015

One of Favorite memory: My Daddy is My Hero


My favorite memory with my parents is that time when I broke up with my boyfriend. Perhaps you think that this story is out of topic. No, it's not. As an introvert girl, I never told my parents about my problems. I just thought they couldn't help me at all. And I was too old to share my trouble with them(I was 21yo at that time). But when I broke up I couldn't think of anything except calling my dad asap. At his first hello, my tears burst out. I was crying like a child. "Daddy, I broke up. Why is it so hurt?" My dad just listened to me in silence. I know that there was my mom too. They told me nothing but I knew they were there. When I stopped crying, my dad told me this: "keep calm baby, you still have me, you still have us. We love you so much. It's enough, right?"
I didn't answer that question. But my heart said, yes dad, that's more than enough.

Jumat, 20 Maret 2015

Thanks for Cheer Me Up (Again)


Tuhan itu luar biasa banget. Luar biasa baiknya, luar biasa humorisnya, dan luar biasa manisnya. Kenapa aku bisa bilang begitu? Karena sore ini aku baru mengalami (lagi) yang namanya dihibur dengan manis oleh-Nya.

Today wasn’t good day. I had some family argumentation which make a negative effect for my plan, my day, and my mood and much more. I have terrible feeling. Do you ever feel the pain in your chest literally from seeing/hearing/thinking something that breaks your heart? I did. What is the worst part from cancelled plan? The fact that all of your word was unlistened. Even your tears can’t come out from your eyes because of the pain. Sadness, anger, disappointment seems like want to make my  heart full. And everything getting worse when I got traffic near my house. It push me to turn around and find another way, further. Oh God, can’t this getting worse? Padahal saat itu maunya cepat-cepat sampai di rumah dan mengurung  diri di kamar. Aku mengeluh.

Rabu, 18 Februari 2015

A Letter for You*



Dear my life partner (to be)*,

Sedang apa kamu saat ini? Sedang bekerja kah? Sedang berencana membuka usaha? Atau sedang pusing dengan pertanyaan ajaib ‘kapan married’? hahahaha. Aku disini juga mengalami hal yang sama. Menyebalkan, ya? Iya. Tapi sudahlah, tidak perlu diambil pusing, toh nanti kamu yang menjalani hidupmu. Bukan mereka. Anggap saja itu cara mereka memberi perhatian padamu :p.
Apa yang harus kamu lakukan saat ini hanyalah bertumbuh, mencari kehendak Tuhan, dan menggunakan talentamu semaksimal mungkin. Aku percaya, jika kita sudah sama-sama siap, Tuhan akan mempertemukan hati kita di waktu yang tepat.

Selasa, 17 Februari 2015

Happy 25, Dear!




Hai Dek, how was your 25? How big your mouth smiling today? I sent you a voice note, not too good, but I hope it can make you remember my bad voice :p. you miss me? Because I do, I miss you much, Dek. Kamu dimana, sih, sekarang? Di Palembang atau di ibukota? Keberadaan anakku saja aku tidak tahu, mom macam apa ini? Hahaha.

Kamu yang bahagia ya disana. Belajar yang bener, kerja yang rajin, biar nanti bisa beliin mom mobil untuk kado pernikahan (yang entah kapan) hahaha. Kalau ada pria yang membuatmu tertarik, boleh loh cerita-cerita ke mom. I’m still your mom, right? Meski kita Cuma beda usia sebulan :p.

Semoga di usiamu yang sekarang, kamu makin bertumbuh dalam Tuhan, ya, Dek. Semoga cita dan asa mu terkabul. Semoga kehadiranmu bisa menjadi berkat bagi sekitar. Keep contact even in our rush time, ya! 

Nb: dapet salam dari cimo si buntelan bulu x)

With love,
Mom

Sabtu, 14 Februari 2015

To Be Honest, I Love You

Dear papa,
Maaf ya pa kalau semakin kesini semakin jarang telepon papa. Sering ga angkat telepon papa.
I love you, with all my heart.
Dear mama,
Makasih ya ma udah doain cece tiap hari. Meski kita jarang berkomunikasi, cece tahu mama juga perhatiin cece. Meski cece sering kesal kalau cece telepon mama jarang mau ngomong. Kita mungkin awkward kalau ngobrol jarak jauh. Tapi meski begitu, mama harus tahu, kalau cece sayang mama.
I love you, and i mean it.

Kamis, 12 Februari 2015

Selamat Ulang Tahun, Mba Enggar!



Kamis, 12 Februari 2015

Dear Mba Enggar,
Bagaimana hari ini? Apakah cukup spesial dibanding hari lainnya? Kejutan apa saja yang sudah didapat? Hehehe. Apapun itu, semoga setiap kegiatan hari ini dapat membuat Mba Enggar semakin bahagia.

Aku minta maaf jika tidak bisa memberikan apapun dan juga tidak bisa ikut merayakan hari bahagiamu. Aku harap ucapan selamat dan doa yang menyertainya cukup menambah kebahagiaanmu di hari ini. Di hari ulang tahunmu ini aku tak lupa mengucapkan terima kasih karena telah mempertemukan aku dengan cimo. Kalau tidak salah di bulan ini juga cimo berulang tahun, ya? Aku lupa tanggal berapa. Hahaha. Cimo semakin nakal tapi juga semakin lucu. Banyak kejadian menarik yang terjadi karena ulahnya. Ah, aku mulai keluar jalur. Malah lebih banyak bahas hewan peliharaan di surat yang seharusnya khusus untukmu.  Hahaha. Semoga itu tidak mengurangi makna dari surat ini, ya, Mba.

Melalui surat sederhana ini aku berharap semoga Mba Eng semakin diberkati untuk bisa semakin memberkati sekitar. Semoga asa dan harap yang baik yang diucapkan oleh orang-orang terdekat Mba Eng dapat terkabul. Semoga semakin hari Mba Eng semakin bahagia dan semakin membahagiakan. Semoga apa yang disemogakan tidak hanya menjadi sekedar semoga.
Selamat ulang tahun, Mba!

Salam,
Mami Cimo

Rabu, 11 Februari 2015

I'm Here for You


Halo, Ce... Sebenarnya hari ini aku berencana menulis surat untuk memberi dukungan ke papa, namun setelah pembicaraan kita semalam, sepertinya saat ini Cece lebih membutuhkan dukunganku. Jadi, surat ini aku buat supaya Cece bisa lebih kuat menjalani apa yang akan Cece hadapi di depan.

Aku mencoba mengerti apa yang Cece rasakan saat ini, ingin rasanya bisa menjadi problem solver atas pergumulan yang Cece hadapi. Apa daya jam terbangku sebagai sarjana psikologi belum begitu tinggi sehingga aku belum bisa memberikan saran ataupun jalan keluar yang terbaik. Tapi satu hal yang harus Cece tahu, kapanpun Cece membutuhkan tempat untuk meluapkan kegundahan hati, you can call me second. Loh kok second, Lia? Iya... yang pertama kali harus Cece hubungi dalam kondisi apapun adalah Tuhan. Hehehe. You must call Him first. Aku hanya manusia yang kadang bisa salah, kadang bisa mengecewakan Cece, tapi Tuhan kita tidak pernah salah dan tidak akan mengecewakan Cece. Dia juga problem solver yang paling keren yang pernah ada. Trust me.

Senin, 09 Februari 2015

Dear Kak Rina,



Dear Kak Rina,

Halo, Kak, bagaimana kabar pulau Jawa? Masih semenyenangkan dulu? Sudah lama kita tidak bersua. Niat pertemuan selalu terkendala jarak dan waktu. Aku iri ketika Kakak dan tim delapan yang lain memajang foto meet up di layar bbm. Tidak ada aku disana. Menyebalkan. Rasanya ingin sekali menjahit jarak antara Jawa dan Sumatera supaya aku juga bisa ikut kumpul dengan kalian.

Kakak masih suka memetik gitar? Atau sudah berganti dengan hobi memetik harapan? Hahaha. Masih ingat waktu Kakak mengajariku pindah kunci dari C ke G? di pendopo kampus Psikologi UNDIP tercinta. Kalau tidak salah itu persiapan untuk melantunkan lagu Balonku Ada Lima. Lagu pertamaku. Rasanya kaku sekali dulu. Aku selalu terkagum dengan kemahiran Kakak memainkan alat musik yang bisa membuat banyak orang terpesona dengan kesederhanaannya itu. Aku juga mau bisa seperti Kakak. Kakak serba bisa idolaku! (insert mata berbinar di sini). Aku minta maaf ya Kak kalau saat itu aku bebal dan merepotkan. Maafkan jari-jariku yang kaku sehingga butuh waktu bermenit-menit untuk pindah kunci. Maafkan otakku yang lambat untuk menyeimbangkan antara petikan dan timing pindah kunci. Maafkan perasaaanku yang kurang peka untuk memahami nada. Maafkan murid bodohmu ini ya, Kak. Hehehe. 

Aku mau kasih tahu ke Kakak, sekarang aku mulai melayani dengan kemampuanku bergitar yang seadanya. Masih sangat jauh dari nilai bagus. Tapi setidaknya sudah mulai dipercaya. Kemarin aku iring kebaktian sekolah minggu, Kak. Perdana. Tanganku dingin karena gugup. Hahaha. Terima kasih, ya, Kak. Berkat ketabahan Kakak mengajariku bertahun silam, hari ini Kakak sudah bisa petik buahnya. Meski masih agak asam :p. Aku mau belajar lagi, Kak. Aku mau cari guru lagi, supaya jadi lebih mahir. Supaya jadi seperti Kakak. Supaya nanti kalau kita bertemu, aku tidak malu-malu lagi untuk mengajak Kakak bermain gitar bersama. Kakak sambil nyanyi ya, suaraku pas-pasan soalnya x).

Itu dulu, ya, Kak, suratku. Lain kali aku akan bahas tentang kebaikan Kakak yang lain.
Terima kasih banyak, guru randomku dalam banyak hal. Semoga Kakak juga semakin expert ya kemampuannya.

Salam,
One of the most random friend in your life.


*ditulis untuk tantangan Twitter #30HariMenulisSuratCinta

Jumat, 06 Februari 2015

Bahagia Itu Sederhana



Hai, Kamu, aku ingin berbagi mengenai pandanganku tentang menjadi bahagia.
Coba kau simak, mungkin ada bahagia yang sama, atau mungkin kau punya bahagia yang lebih membahagiakan.

Menurutku,
Bahagia itu sederhana, sesederhana obrolan santai yang kita ucapkan kala hujan.
Bahagia itu sederhana, sesederhana senandung kecil yang dilantunkan saat mendengar lagu kesukaan.
Bahagia itu sederhana, sesederhana usapan tangan ayah di kepalamu hingga terlelap.
Bahagia itu sederhana, sesederhana disambut anak anjing yang berlonjak riang saat pulang.
Bahagia itu sederhana, sesederhana mendengar kalimat: “lause, liat rumah-rumahan aku. Udah bisa bikin sendiri” dari anak berusia 3 tahun.
Bahagia itu sederhana, sesederhana rengekan anak kecil yang tidak mau kita tinggal pergi.
Bahagia itu sederhana, sesederhana dipercayakan untuk melakukan sesuatu bagi orang lain
Bahagia itu sederhana, sesederhana kata terima kasih yang terucap.
Bahagia itu sederhana, sesederhana tawa yang tercipta saat bersama
Bahagia itu sederhana, sesederhana pilihan untuk menjadi bahagia.

Iya, bahagia itu pilihan. Setiap orang bebas memilih apa yang membuatnya menjadi bahagia.
Jika bahagia kita berbeda, tidak ada masalah dengan itu, selama kita menghormati kebahagiaan masing-masing.
Everyone has their concept about happiness. Respect their decision as they respect yours.

Menurutmu, apa bahagiamu? Apapun itu, selamat berbahagia.

*ditulis untuk tantangan twitter #30HariMenulisSuratCinta

Kamis, 05 Februari 2015

Surat Ijin untuk Tukang Pos

Kepada: Tukang Pos

Halo Kak Mike,
Hari ini aku malas sekali menulis surat. Kepalaku sedang dipenuhi banyak persoalan pekerjaan dan permasalahan yang aku buat sendiri. Saking rumitnya, bisa dijadikan sebagai bahan soal olimpiade fisika tingkat dunia. Ah, maaf, Kak, aku mulai ngelantur. 

Hari ini aku ijin ya, Kak, tidak menulis surat cinta yang penuh bunga dulu. Besok-besok aku janji akan menulis dengan semangat. Semangati aku ya, Pak Pos. Hehehe.

Salam,
Penulis surat yang sedang mangkir

*ditulis untuk tantangan twitter #30HariMenulisSuratCinta 

Rabu, 04 Februari 2015

Saat Laut Bertemu Langit

Kepada: Ce Yuki

Cece masih ingat pertama kali kita ketemu? Iya, yang di tangga gereja itu, waktu aku bareng sama orang tua anak SM. Aku mencoba membayangkan apa jadinya kalau pemudi pertama yang kami temui bukan cece, barangkali surat ini tidak akan tercipta. Coba bayangkan seandainya saat itu cece pulang sedikit lebih cepat, mungkin tidak akan terjadi pertemuan di tangga itu, dan mungkin saat ini aku tidak akan aktif berkegiatan di gereja. Kebetulan? Sepertinya tidak. Tuhan sudah merencanakan hari itu. Tuhan sudah mengatur waktu tersebut dengan sedemikian rupa. Tuhan sudah menyatakan bahwa hari ini sudah waktunya laut bertemu dengan langit.


Selasa, 03 Februari 2015

Pesan (Kurang) Penting untuk Kaum Patah Hati



Sebelumnya aku mengajukan permohonan maaf jika ada isi dari pesan ini menyinggungmu, atau terkesan menghakimimu. Sungguh tidak ada maksud sedikitpun untuk berlaku seperti itu. Aku bukanlah penasihat bijak yang mampu memberimu saran maha tepat, juga bukan hakim yang maha benar. Aku hanya seorang teman yang berusaha memberimu pesan yang mungkin kurang penting untuk disimak.

Patah hati memang bukanlah hal yang menyenangkan, aku tahu dan pernah merasakannya. Aku memahami bagaimana reaksi kaget, marah, sedih, kecewa, dan terluka itu bercampur menjadi satu. Sakit sekali memang, namun tidak ada luka hati yang tidak bisa sembuh. Hati itu memiliki kemampuan meregenerasi dirinya sendiri. Hati mampu menyembuhkan lukanya sendiri. Iya, hati kita sehebat itu. Jadi jika lukamu tidak kunjung sembuh, mungkin kau bisa mencoba mengintrospeksi diri, jangan-jangan ada bagian dari dirimu yang memang tidak menginginkan luka itu sembuh. Ibarat anak kecil yang penasaran dengan luka di lengannya yang mulai mengering, lalu merobeknya kembali hingga berdarah. Jika itu memang terjadi, aku ingin bertanya kepadamu, sampai kapan? Sampai kapan kau menikmati sakit akibat perbuatanmu sendiri? Di awal patah hati mungkin memang dia yang melukaimu, namun jika luka hatimu tak kunjung sembuh, dia yang meninggalkanmu sudah tidak lagi bertanggung jawab atas luka itu. Tidak ada yang bertanggung jawab atas luka hatimu selain dirimu sendiri. Kau memiliki pilihan untuk mengobati lukamu atau sengaja membiarkannya menjadi terinfeksi.

 

Tempat Mengungkap yang Tak Terucap Template by Ipietoon Cute Blog Design