Beberapa hari terakhir saya menjadi warga Jakarta (coret) sementara waktu karena ada rapat kerja di kantor pusat. Seperti raker pada umumnya, pulang saat matahari terbenam sudah menjadi hal yang lumrah. Tiba di mess sudah sisa 1/16 nyawa. Tidak ada lagi tenaga yang bisa dialokasikan untuk sekadar menyapa teman. Sehingga hari diakhiri dengan tidak menanyakan kabar siapapun.
Kamis, 17 Desember 2015
Sabtu, 05 Desember 2015
Membawa Sampah
pic from google |
Hari ini saya membawa sampah dari
rumah menuju ke TPA (tempat pembuangan akhir) yang tidak begitu jauh dari
rumah. Seperti TPA pada umumnya, aroma yang menyebar di sekitaran TPA sangat
tidak menyenangkan. Mungkin karena berbagai macam campuran makanan basi yang
sudah mulai terurai berkumpul disana. Saya sesegera mungkin membuang sampah
yang saya bawa dan berlalu meninggalkan TPA tersebut. Setelah berjarak beberapa
meter baru saya menghirup udara segar kembali. Aroma menyengat hilang diganti
dengan aroma embun pagi. Saya senang bisa terlepas dari bau yang tidak sedap
dengan segera. Membawa sampah atau berada di sekitar sampah memang bukan hal
yang menyenangkan. Oleh karena itu sampah harus dengan rutin dibuang agar tidak
mencemari rumah atau lingkungan sekitar kita. Tidak ada yang nyaman dengan bau
yang dikeluarkan oleh sampah yang lama tersimpan, bukan? Tidak hanya itu,
sampah sisa makanan yang terlalu lama bisa menimbulkan kuman, mengundang lalat,
dan menciptakan penyakit.
Label:
Refleksi diri
Sabtu, 21 November 2015
Woman still a woman, no matter what
Wanita yang berdandan tidak
membuat derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari wanita tanpa make up. Mereka
tetap wanita.
Wanita bekerja tidak membuat
derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari ibu rumah tangga. Mereka tetap
wanita.
Wanita menikah tidak membuat
derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari wanita yang tidak menikah. Mereka tetap wanita.
Wanita yang pintar memasak tidak
membuat derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari wanita yang tidak bisa
memasak. Mereka tetap wanita.
Wanita yang dikaruniai anak tidak
membuat derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari wanita yang tidak memiliki
anak. Mereka tetap wanita.
Wanita yang selama mengandung
dapat tetap beraktivitas tidak membuat derajatnya lebih tinggi atau lebih
rendah dari wanita yang harus bedrest selama masa trimester awal kehamilan.
Wanita yang mampu memberi ASI
eksklusif tidak membuat derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah dari wanita
yang kesulitan memberi ASI. Mereka tetap wanita.
Label:
Refleksi diri
Jumat, 20 November 2015
Inside Out, It's Okay to be Not Okay
For the first time in forever saya akan ulas sedikit mengenai film
unik yang baru saya tonton (berkali-kali). Yak, Inside Out. Film animasi keluaran Pixar ini mengikuti jejak
senior-seniornya dalam menggugah hati dan melatih otak sang penonton dengan filosofi
yang disuguhkannya. Early warning,
spoiler alert.
image from google
Label:
movie,
Review suka-suka
Sabtu, 14 November 2015
Kisah 8000 Rupiah
Siang itu saya 'terpaksa' mampir ke bengkel untuk menambal ban motor saya yang pecah. Bapak-bapak penjaga bengkel yang ramah membuat saya berkurang kesalnya atas kemalangan yang menimpa motor saya. Bapak ini dengan cekatan membuka ban dan menambalnya. Saat menunggu ban dipanaskan, ia juga mengutak-atik motor yang dari tadi memang ada disana. Ganti oli sepertinya. Saya memperhatikan langkah demi langkah yang dilakukan bapak itu terhadap ban saya sambil mendengarkan penjelasannya mengenai penyebab ban saya pecah. "kurang angin ini, Mbak, makanya bocornya di pinggir". Penjelasannya mengingatkan saya pada papa yang selalu menerangkan ke pelanggan tentang kondisi motor mereka. Seperti dokter yang menjelaskan ke pasien tentang penyakit yang dideritanya. Sekarang ini jarang sekali saya temukan kebiasaan seperti itu. Biasanya hanya melakukan apa yang diminta konsumen dengan cepat agar makin cepat menerima bayaran. Kalau perlu mengambil kesempatan untuk mendapat untung lebih jika konsumen terlihat tidak mengerti. Setelah selesai ditambal, saya bertanya berapa biayanya. "Rp.8000,- Mbak" kata si Bapak. Harga itu memang harga standar untuk menambal ban dan tambah angin motor. Namun ketika saya memberikan uang tersebut, saya merasa sedikit ditampar.
Label:
Refleksi diri
Rabu, 11 November 2015
Sudah Sewajarnya, Katanya
Hujan baru dirindukan saat
kemarau panjang.
Udara segar baru disyukuri setelah
terkena bencana asap.
Hangatnya mentari baru dicari
ketika mengalami musim dingin berkepanjangan.
Keluarga baru dibutuhkan saat
mulai terpisah.
Perhatian baru disesali saat ia tak
lagi ada.
Label:
Refleksi diri
Minggu, 01 November 2015
Namanya Nino
Hari ini untuk pertama kalinya
saya merasa berat mengetahui bahwa minggu depan kemungkinan besar saya tidak
bisa hadir di sekolah minggu karena harus keluar kota. Kenapa? Begini ceritanya
(maaf agak panjang)...
Minggu lalu Ls. Ester menginfokan
bahwa ia berhalangan hadir hari ini karena satu dan lain hal, sementara Ls. Ike
masih di luar kota. Mengingat keterbatasan guru di SM, saya diminta
menggantikan Ls. Ester membawa cerita FT. Saat itu perasaan saya campur aduk.
Bingung. Ada ketakutan, kekhawatiran, ragu, namun juga ada rasa penasaran dan excited. Saya berulang kali bertanya
pada diri sendiri “Can I?” Saya belum
resmi menjadi laoshi. Kelas penataran baru akan dimulai di awal November.
Membawakan cerita sebelum resmi lulus menjadi laoshi membuat saya merasa
menjadi laoshi prematur. Mampukah saya? Layakkah saya?
Label:
SM Story
Rabu, 28 Oktober 2015
Laoshi, Kiss...
Hampir
setahun ini saya menjadi asisten laoshi di SM GKPJ Pos PI Mayang. Tidak pernah
saya membayangkan akan bertahan selama ini, karena dari dulu saya tidak (atau
mungkin belum) tergerak melayani di bidang anak-anak. Menurut saya jadi guru SM
itu merepotkan, bukan karena
anak-anaknya, saya sangat suka anak-anak. Namun membayangkan harus bangun lebih
pagi di hari yang berwarna merah saja sudah sangat berat bagi wanita pekerja
yang senin hingga sabtu harus membanting tulang (literally, saking kurusnya), dilengkapi dengan tanggung jawab tambahan
membuat aktivitas yang baik untuk anak setiap minggunya. Saya yang tangannya
sangat tidak kreatif langsung memasang dinding tinggi dalam diri untuk mampu
menolak segala tawaran melayani di sekolah minggu. Dinding itu sudah ada sejak
masa kuliah sebenarnya, berulang kali saya mendapat tawaran di gereja yang lama
untuk masuk ke dunia sekolah minggu, namun saya selalu menolak, dengan berbagai
alasan yang masuk akal (the perks of
being good negosiator :p).
Label:
SM Story
Kamis, 22 Oktober 2015
Life: The Largest Fitness Center in the World
Saya mau cerita sedikit tentang
pengalaman saya selama mencoba ikut nge-gym
beberapa bulan terakhir. Tadi saya ngegym
seperti biasa. Hari ini latihan otot dada. Hanya bebannya ditambah, dumbelnya
diganti jadi yang 5kg. Mengangkat beban
5kg di kiri dan 5kg di kanan bukan hal yang mudah karena selama ini baru
terbiasa dengan beban 3kg. Saat itu saya merasa trainernya kejam (sampai
menulis ini dada saya masih sakit karena ototnya pecah). But, then I realized something, I make progress.
Dulu sebelum ngegym, buka tutup
botol air mineral saja minta tolong orang (iya, saya selemah itu :p). Sekarang
udah bisa angkat beban yang lebih berat. Tapi itu bukan tanpa proses. Bukan
sulap yang seketika berubah. Perlu saya infokan, ngegym itu tidak seenak yang
kalian lihat di foto-foto yang nyebar di medsos kekinian. Adek-adek yang senyum
saat mengangkat beban itu saya yakini hanya untuk kepentingan pamer saja. Cuma
sekali angkat terus pindah lagi ke alat lain buat difoto dan check in di path @ fitness center hahaha. Mari kita menengok ke belakang untuk lihat
proses sebenarnya secara umum.
Label:
Refleksi diri
Rabu, 10 Juni 2015
One of Favorite memory: My Daddy is My Hero
My favorite memory with my parents is that time when I broke up with my boyfriend. Perhaps you think that this story is out of topic. No, it's not. As an introvert girl, I never told my parents about my problems. I just thought they couldn't help me at all. And I was too old to share my trouble with them(I was 21yo at that time). But when I broke up I couldn't think of anything except calling my dad asap. At his first hello, my tears burst out. I was crying like a child. "Daddy, I broke up. Why is it so hurt?" My dad just listened to me in silence. I know that there was my mom too. They told me nothing but I knew they were there. When I stopped crying, my dad told me this: "keep calm baby, you still have me, you still have us. We love you so much. It's enough, right?"
I didn't answer that question. But my heart said, yes dad, that's more than enough.Jumat, 20 Maret 2015
Thanks for Cheer Me Up (Again)
Tuhan itu luar biasa banget. Luar
biasa baiknya, luar biasa humorisnya, dan luar biasa manisnya. Kenapa aku bisa
bilang begitu? Karena sore ini aku baru mengalami (lagi) yang namanya dihibur
dengan manis oleh-Nya.
Today wasn’t good day. I had some
family argumentation which make a negative effect for my plan, my day, and my
mood and much more. I have terrible feeling. Do you ever feel the pain in your
chest literally from seeing/hearing/thinking something that breaks your heart? I
did. What is the worst part from cancelled plan? The fact that all of your word
was unlistened. Even your tears can’t come out from your eyes because of the
pain. Sadness, anger, disappointment seems like want to make my heart full. And everything getting worse when I
got traffic near my house. It push me to turn around and find another way,
further. Oh God, can’t this getting worse? Padahal saat itu maunya cepat-cepat
sampai di rumah dan mengurung diri di
kamar. Aku mengeluh.
Label:
Refleksi diri
Rabu, 18 Februari 2015
A Letter for You*
Dear my life partner (to be)*,
Sedang apa kamu saat ini? Sedang
bekerja kah? Sedang berencana membuka usaha? Atau sedang pusing dengan
pertanyaan ajaib ‘kapan married’?
hahahaha. Aku disini juga mengalami hal yang sama. Menyebalkan, ya? Iya. Tapi
sudahlah, tidak perlu diambil pusing, toh nanti kamu yang menjalani hidupmu.
Bukan mereka. Anggap saja itu cara mereka memberi perhatian padamu :p.
Apa yang harus kamu lakukan saat
ini hanyalah bertumbuh, mencari kehendak Tuhan, dan menggunakan talentamu
semaksimal mungkin. Aku percaya, jika kita sudah sama-sama siap, Tuhan akan
mempertemukan hati kita di waktu yang tepat.
Label:
#30HariMenulisSuratCinta
Selasa, 17 Februari 2015
Happy 25, Dear!
Hai Dek, how was your 25? How big
your mouth smiling today? I sent you a voice note, not too good, but I hope it
can make you remember my bad voice :p. you miss me? Because I do, I miss you
much, Dek. Kamu dimana, sih, sekarang? Di Palembang atau di ibukota? Keberadaan
anakku saja aku tidak tahu, mom macam apa ini? Hahaha.
Kamu yang bahagia ya disana.
Belajar yang bener, kerja yang rajin, biar nanti bisa beliin mom mobil untuk
kado pernikahan (yang entah kapan) hahaha. Kalau ada pria yang membuatmu
tertarik, boleh loh cerita-cerita ke mom. I’m still your mom, right? Meski kita
Cuma beda usia sebulan :p.
Semoga di usiamu yang sekarang,
kamu makin bertumbuh dalam Tuhan, ya, Dek. Semoga cita dan asa mu terkabul.
Semoga kehadiranmu bisa menjadi berkat bagi sekitar. Keep contact even in our
rush time, ya!
Nb: dapet salam dari cimo si
buntelan bulu x)
With love,
Mom
Label:
#30HariMenulisSuratCinta
Sabtu, 14 Februari 2015
To Be Honest, I Love You
Dear papa,
Maaf ya pa kalau semakin kesini semakin jarang telepon papa. Sering ga angkat telepon papa.
I love you, with all my heart.
Dear mama,
Makasih ya ma udah doain cece tiap hari. Meski kita jarang berkomunikasi, cece tahu mama juga perhatiin cece. Meski cece sering kesal kalau cece telepon mama jarang mau ngomong. Kita mungkin awkward kalau ngobrol jarak jauh. Tapi meski begitu, mama harus tahu, kalau cece sayang mama.
I love you, and i mean it.
Maaf ya pa kalau semakin kesini semakin jarang telepon papa. Sering ga angkat telepon papa.
I love you, with all my heart.
Dear mama,
Makasih ya ma udah doain cece tiap hari. Meski kita jarang berkomunikasi, cece tahu mama juga perhatiin cece. Meski cece sering kesal kalau cece telepon mama jarang mau ngomong. Kita mungkin awkward kalau ngobrol jarak jauh. Tapi meski begitu, mama harus tahu, kalau cece sayang mama.
I love you, and i mean it.
Label:
#30HariMenulisSuratCinta
Kamis, 12 Februari 2015
Selamat Ulang Tahun, Mba Enggar!
Kamis, 12 Februari 2015
Dear Mba Enggar,
Bagaimana hari ini? Apakah cukup spesial
dibanding hari lainnya? Kejutan apa saja yang sudah didapat? Hehehe. Apapun
itu, semoga setiap kegiatan hari ini dapat membuat Mba Enggar semakin bahagia.
Aku minta maaf jika tidak bisa
memberikan apapun dan juga tidak bisa ikut merayakan hari bahagiamu. Aku harap
ucapan selamat dan doa yang menyertainya cukup menambah kebahagiaanmu di hari
ini. Di hari ulang tahunmu ini aku tak lupa mengucapkan terima kasih karena
telah mempertemukan aku dengan cimo. Kalau tidak salah di bulan ini juga cimo
berulang tahun, ya? Aku lupa tanggal berapa. Hahaha. Cimo semakin nakal tapi
juga semakin lucu. Banyak kejadian menarik yang terjadi karena ulahnya. Ah, aku
mulai keluar jalur. Malah lebih banyak bahas hewan peliharaan di surat yang
seharusnya khusus untukmu. Hahaha. Semoga
itu tidak mengurangi makna dari surat ini, ya, Mba.
Melalui surat sederhana ini aku
berharap semoga Mba Eng semakin diberkati untuk bisa semakin memberkati
sekitar. Semoga asa dan harap yang baik yang diucapkan oleh orang-orang
terdekat Mba Eng dapat terkabul. Semoga semakin hari Mba Eng semakin bahagia
dan semakin membahagiakan. Semoga apa yang disemogakan tidak hanya menjadi
sekedar semoga.
Selamat ulang tahun, Mba!
Salam,
Mami Cimo
Label:
#30HariMenulisSuratCinta
Rabu, 11 Februari 2015
I'm Here for You
Halo, Ce... Sebenarnya hari ini aku berencana menulis surat untuk memberi dukungan ke papa, namun setelah pembicaraan kita semalam, sepertinya saat ini Cece lebih membutuhkan dukunganku. Jadi, surat ini aku buat supaya Cece bisa lebih kuat menjalani apa yang akan Cece hadapi di depan.
Aku mencoba mengerti apa yang Cece rasakan saat ini, ingin rasanya bisa menjadi problem solver atas pergumulan yang Cece hadapi. Apa daya jam terbangku sebagai sarjana psikologi belum begitu tinggi sehingga aku belum bisa memberikan saran ataupun jalan keluar yang terbaik. Tapi satu hal yang harus Cece tahu, kapanpun Cece membutuhkan tempat untuk meluapkan kegundahan hati, you can call me second. Loh kok second, Lia? Iya... yang pertama kali harus Cece hubungi dalam kondisi apapun adalah Tuhan. Hehehe. You must call Him first. Aku hanya manusia yang kadang bisa salah, kadang bisa mengecewakan Cece, tapi Tuhan kita tidak pernah salah dan tidak akan mengecewakan Cece. Dia juga problem solver yang paling keren yang pernah ada. Trust me.
Label:
#30HariMenulisSuratCinta
Senin, 09 Februari 2015
Dear Kak Rina,
Dear Kak Rina,
Halo, Kak, bagaimana kabar pulau
Jawa? Masih semenyenangkan dulu? Sudah lama kita tidak bersua. Niat pertemuan
selalu terkendala jarak dan waktu. Aku iri ketika Kakak dan tim delapan yang
lain memajang foto meet up di layar
bbm. Tidak ada aku disana. Menyebalkan. Rasanya ingin sekali menjahit jarak
antara Jawa dan Sumatera supaya aku juga bisa ikut kumpul dengan kalian.
Kakak masih suka memetik gitar? Atau
sudah berganti dengan hobi memetik harapan? Hahaha. Masih ingat waktu Kakak
mengajariku pindah kunci dari C ke G? di pendopo kampus Psikologi UNDIP
tercinta. Kalau tidak salah itu persiapan untuk melantunkan lagu Balonku Ada
Lima. Lagu pertamaku. Rasanya kaku sekali dulu. Aku selalu terkagum dengan
kemahiran Kakak memainkan alat musik yang bisa membuat banyak orang terpesona
dengan kesederhanaannya itu. Aku juga mau bisa seperti Kakak. Kakak serba bisa idolaku!
(insert mata berbinar di sini). Aku minta maaf ya Kak kalau saat itu aku bebal
dan merepotkan. Maafkan jari-jariku yang kaku sehingga butuh waktu
bermenit-menit untuk pindah kunci. Maafkan otakku yang lambat untuk menyeimbangkan
antara petikan dan timing pindah
kunci. Maafkan perasaaanku yang kurang peka untuk memahami nada. Maafkan murid
bodohmu ini ya, Kak. Hehehe.
Aku mau kasih tahu ke Kakak,
sekarang aku mulai melayani dengan kemampuanku bergitar yang seadanya. Masih sangat
jauh dari nilai bagus. Tapi setidaknya sudah mulai dipercaya. Kemarin aku iring
kebaktian sekolah minggu, Kak. Perdana. Tanganku dingin karena gugup. Hahaha. Terima
kasih, ya, Kak. Berkat ketabahan Kakak mengajariku bertahun silam, hari ini
Kakak sudah bisa petik buahnya. Meski masih agak asam :p. Aku mau belajar lagi,
Kak. Aku mau cari guru lagi, supaya jadi lebih mahir. Supaya jadi seperti
Kakak. Supaya nanti kalau kita bertemu, aku tidak malu-malu lagi untuk mengajak
Kakak bermain gitar bersama. Kakak sambil nyanyi ya, suaraku pas-pasan soalnya
x).
Itu dulu, ya, Kak, suratku. Lain
kali aku akan bahas tentang kebaikan Kakak yang lain.
Terima kasih banyak, guru randomku
dalam banyak hal. Semoga Kakak juga semakin expert
ya kemampuannya.
Salam,
One of the most random friend in your life.
*ditulis untuk tantangan Twitter
#30HariMenulisSuratCinta
Label:
#30HariMenulisSuratCinta
Jumat, 06 Februari 2015
Bahagia Itu Sederhana
Hai, Kamu, aku ingin berbagi mengenai pandanganku tentang
menjadi bahagia.
Coba kau simak, mungkin ada bahagia yang sama, atau mungkin
kau punya bahagia yang lebih membahagiakan.
Menurutku,
Bahagia itu sederhana, sesederhana obrolan santai yang kita
ucapkan kala hujan.
Bahagia itu sederhana, sesederhana senandung kecil yang
dilantunkan saat mendengar lagu kesukaan.
Bahagia itu sederhana, sesederhana usapan tangan ayah di
kepalamu hingga terlelap.
Bahagia itu sederhana, sesederhana disambut anak anjing yang
berlonjak riang saat pulang.
Bahagia itu sederhana, sesederhana mendengar kalimat: “lause,
liat rumah-rumahan aku. Udah bisa bikin sendiri” dari anak berusia 3 tahun.
Bahagia itu sederhana, sesederhana rengekan anak kecil yang
tidak mau kita tinggal pergi.
Bahagia itu sederhana, sesederhana dipercayakan untuk
melakukan sesuatu bagi orang lain
Bahagia itu sederhana, sesederhana kata terima kasih yang
terucap.
Bahagia itu sederhana, sesederhana tawa yang tercipta saat
bersama
Bahagia itu sederhana, sesederhana pilihan untuk menjadi
bahagia.
Iya, bahagia itu pilihan. Setiap orang bebas memilih apa
yang membuatnya menjadi bahagia.
Jika bahagia kita berbeda, tidak ada masalah dengan itu,
selama kita menghormati kebahagiaan masing-masing.
Everyone has their concept about happiness. Respect their
decision as they respect yours.
Menurutmu, apa bahagiamu? Apapun itu, selamat berbahagia.
*ditulis untuk tantangan twitter #30HariMenulisSuratCinta
Label:
#30HariMenulisSuratCinta
Kamis, 05 Februari 2015
Surat Ijin untuk Tukang Pos
Kepada: Tukang Pos
Halo Kak Mike,
Hari ini aku malas sekali menulis surat. Kepalaku sedang
dipenuhi banyak persoalan pekerjaan dan permasalahan yang aku buat sendiri. Saking rumitnya, bisa
dijadikan sebagai bahan soal olimpiade fisika tingkat dunia. Ah, maaf,
Kak, aku mulai ngelantur.
Hari ini aku ijin ya, Kak, tidak menulis surat cinta yang
penuh bunga dulu. Besok-besok aku janji akan menulis dengan semangat.
Semangati aku ya, Pak Pos. Hehehe.
Salam,
Penulis surat yang sedang mangkir
*ditulis untuk tantangan twitter #30HariMenulisSuratCinta
Penulis surat yang sedang mangkir
*ditulis untuk tantangan twitter #30HariMenulisSuratCinta
Label:
#30HariMenulisSuratCinta
Rabu, 04 Februari 2015
Saat Laut Bertemu Langit
Kepada: Ce Yuki
Cece masih ingat pertama kali kita ketemu? Iya, yang di tangga gereja itu, waktu aku bareng sama orang tua anak SM. Aku mencoba membayangkan apa jadinya kalau pemudi pertama yang kami temui bukan cece, barangkali surat ini tidak akan tercipta. Coba bayangkan seandainya saat itu cece pulang sedikit lebih cepat, mungkin tidak akan terjadi pertemuan di tangga itu, dan mungkin saat ini aku tidak akan aktif berkegiatan di gereja. Kebetulan? Sepertinya tidak. Tuhan sudah merencanakan hari itu. Tuhan sudah mengatur waktu tersebut dengan sedemikian rupa. Tuhan sudah menyatakan bahwa hari ini sudah waktunya laut bertemu dengan langit.
Label:
#30HariMenulisSuratCinta
Selasa, 03 Februari 2015
Pesan (Kurang) Penting untuk Kaum Patah Hati
Sebelumnya aku mengajukan
permohonan maaf jika ada isi dari pesan ini menyinggungmu, atau terkesan
menghakimimu. Sungguh tidak ada maksud sedikitpun untuk berlaku seperti itu.
Aku bukanlah penasihat bijak yang mampu memberimu saran maha tepat, juga bukan
hakim yang maha benar. Aku hanya seorang teman yang berusaha memberimu pesan
yang mungkin kurang penting untuk disimak.
Patah hati memang bukanlah hal
yang menyenangkan, aku tahu dan pernah merasakannya. Aku memahami bagaimana
reaksi kaget, marah, sedih, kecewa, dan terluka itu bercampur menjadi satu. Sakit
sekali memang, namun tidak ada luka hati yang tidak bisa sembuh. Hati itu
memiliki kemampuan meregenerasi dirinya sendiri. Hati mampu menyembuhkan
lukanya sendiri. Iya, hati kita sehebat itu. Jadi jika lukamu tidak kunjung
sembuh, mungkin kau bisa mencoba mengintrospeksi diri, jangan-jangan ada bagian
dari dirimu yang memang tidak menginginkan luka itu sembuh. Ibarat anak kecil
yang penasaran dengan luka di lengannya yang mulai mengering, lalu merobeknya
kembali hingga berdarah. Jika itu memang terjadi, aku ingin bertanya kepadamu,
sampai kapan? Sampai kapan kau menikmati sakit akibat perbuatanmu sendiri? Di
awal patah hati mungkin memang dia yang melukaimu, namun jika luka hatimu tak
kunjung sembuh, dia yang meninggalkanmu sudah tidak lagi bertanggung jawab atas
luka itu. Tidak ada yang bertanggung jawab atas luka hatimu selain dirimu
sendiri. Kau memiliki pilihan untuk mengobati lukamu atau sengaja membiarkannya
menjadi terinfeksi.
Label:
#30HariMenulisSuratCinta
Langganan:
Postingan (Atom)